Rajaa mengetahui tentang kematian anak-anaknya saat berada di jalan ketika orang-orang mulai mengeluarkan jasad dan yang terluka.
"Aku kehabisan kata-kata. Suamiku dievakuasi ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Rasanya seperti mimpi buruk." Alaa Albatsh, suami Rajaa, mengatakan yang ia ingat hanyalah suara ledakan besar, lalu ia kehilangan kesadaran dan memasuki koma yang berlangsung selama seminggu di rumah sakit setelah ia mengalami luka-luka pecahan peluru di kepala.
"Ketika saya bangun dari koma, kerabat saya mengunjungi saya. Tetapi saya bertanya-tanya: 'Di mana anak-anak saya? Mengapa mereka tidak mengunjungi saya?'
Hingga suatu hari seorang kerabat memutuskan untuk memberi tahu saya apa yang terjadi. Empat anak saya terbunuh, "kata Albatsh. "Itu memukulku seperti petir."
Baca Juga: Inspirasi bagi Pemula, Berikut Tips Agar Bisa Menghasilkan Uang Dari Instagram
Mengomentari keputusan ICC untuk menyelidiki serangan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Alaa mengatakan ia tidak optimis terhadap penyelidikan apa pun mengenai pembunuhan keluarganya.
"Enam tahun telah berlalu pada perang Israel terakhir di Gaza dan tidak ada yang berubah. Pendudukan Israel terus membunuh warga Palestina di Gaza tanpa pencegahan," katanya.
"Pendudukan Israel didukung oleh Amerika Serikat, dan tidak ada tekanan internasional yang serius yang dapat menghentikan kejahatan Israel terhadap Palestina." Namun, Rajaa mengatakan pengadilan internasional dapat membantu meringankan penderitaannya.
"Investigasi ICC tidak akan mengembalikan anak-anak saya yang terbunuh, tetapi itu akan mencapai keadilan dan menghukum Israel karena kejahatan brutalnya. Ini dapat menyembuhkan sebagian dari luka kami," katanya, terisak.