Aksi Unjuk Rasa Kian Memanas, Presiden Belarusia Tolak Seruan Mundur Dalam Pidatonya yang Menantang

- 17 Agustus 2020, 16:06 WIB
PRESIDEN Belarusia, Alexander Lukashenko
PRESIDEN Belarusia, Alexander Lukashenko /Facebook.com/@rt

Televisi pemerintah mengatakan 65.000 orang menghadiri rapat umum tersebut, meskipun seorang wartawan AFP menyebutkan jumlahnya mendekati 10.000.
Berdiri di podium dengan kemeja lengan pendek, Lukashenko menegaskan keabsahan pemilihan presiden. "Pemilihan itu sah. Tidak boleh lebih dari 80 persen suara dipalsukan," katanya dalam pidato yang terkadang emosional.

"Kami tidak akan memberikan negaranya!" dia bersumpah, sementara putranya yang masih remaja, Nikolai, berdiri mengawasi di dekatnya.


KREMLIN 'SIAP' MEMBANTU


Dengan tekanan yang tumbuh dari jalanan dan luar negeri setelah Uni Eropa mengatakan akan memberlakukan sanksi baru, Lukashenko telah menjangkau Rusia. Moskow mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya siap memberikan bantuan militer jika diperlukan.


Kremlin mengatakan bahwa dalam panggilan telepon dengan Lukashenko, Presiden Vladimir Putin telah menyatakan "kesiapan Rusia untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan" termasuk "jika perlu" melalui aliansi militer CSTO antara enam negara bekas Soviet.


Televisi yang didanai RT Kremlin melaporkan bahwa ini adalah kasus "ancaman militer luar".

Baca Juga: Ribuan Anggota Gereja di Korea Selatan Dikarantina Karena Covid-19

Puluhan ribu orang turun ke jalan selama seminggu terakhir untuk mengecam hasil pemilu dan mendukung Tikhanovskaya, seorang pemula politik berusia 37 tahun yang mencalonkan diri setelah calon potensial lainnya termasuk suaminya dipenjara. Tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa menyebabkan lebih dari 6.700 orang ditangkap, ratusan terluka dan dua orang tewas.


Dari pengasingan di Lithuania, tempat dia melarikan diri pada hari Selasa, Tikhanovskaya menyerukan akhir pekan unjuk rasa damai. Pendukung oposisi Belarusia berkumpul di dekat stasiun metro Pushkinskaya di mana Alexander Taraikovsky, seorang pengunjuk rasa berusia 34 tahun, meninggal pada 10 Agustus.


Ribuan pendukung oposisi berdemonstrasi di Minsk pada hari Sabtu di tempat seorang pengunjuk rasa berusia 34 tahun tewas dalam kerusuhan pada hari Senin. Pejabat mengatakan pria itu, Alexander Taraisky, tewas ketika alat peledak yang dia pegang meledak di tangannya.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah