Bantah Negaranya Diprediksi Akan Bangkrut, Ramos Horta Sebut Timor Leste Bisa jadi Negara Dubai ke-2

- 26 September 2020, 06:40 WIB
Bantah Negaranya Diprediksi Akan Bangkrut, Ramos Horta Sebut Timor Leste Bisa jadi Negara Dubai ke-2
Bantah Negaranya Diprediksi Akan Bangkrut, Ramos Horta Sebut Timor Leste Bisa jadi Negara Dubai ke-2 /Antara(Akbar Nugroho Gumay)/Pixabay/.*/Antara(Akbar Nugroho Gumay)/Pixabay

MANTRA SUKABUMI - Jose Ramos Horta, mantan perdana menteri 2006-2007 dan juga mantan presiden Timor Leste tahun 2007-2012 dalam sebuah acara Pekan Masyarakat Sipil Internasional di Ibu Kota Fiji, Suava, menegaskan bahwa negaranya bisa mengatasi permasalahan ekonomi yang tengah dihadapi.

Ia mengatakan pada 2017 silam bahwa pada awal abad saat ini yang melihat negaranya tersebut akan merasa terkejut. Saat itu Timor Leste baru 15 tahun merdeka dari Indonesia.

“Timor Leste baru berusia 15 tahun. Jika Anda melihat seperti apa negara saya pada awal abad ini, Anda akan terkejut. Pada 2002, kami memiliki 19 dokter Timor Leste. Hari ini kami memiliki hampir 1.000, " ungkap Ramos pada 2017 silam.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Baca Juga: Cak Nun: Kebahagian Seseorang itu Urusan Bagaimana Mengelola Hati dan Pikiran

Sebelumnya pada saat itu, seorang mantan pemimpinnya mengatakan bahwa ada sebuah laporan yang menyebutkan pada 2022 ladang gas dan minyak utama milik Timor Leste akan mengering, sehingga pada 2027 disebutkan Timor Leste akan terpuruk.

“Kami hampir tidak memiliki listrik di mana pun di negara ini, termasuk Ibu kota, Dili. Saat ini, kami memiliki listrik berkelanjutan di 80 persen negara. 20 persen sisanya menggunakan metode alternatif seperti tenaga surya,” ujarnya saat itu.

Diketahui, pria berusia 67 tahun tersebut pernah mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 atas tindakannya yang melobi para pemimpin asing untuk mendesak Indonesia menarik pasukannya.

Menurut Ramos Horta, meski cadangan minyak dan gas menipis, namun pemerintahnya sudah memiliki renca lain untuk masa depan ekonomi di negaranya tersebut.

Baca Juga: Andy Lau Akan Rayakan Ulang Tahunnya yang ke 59 Secara Online bagi Para Penggemar

“Tidak seperti banyak negara penghasil minyak dan gas lainnya, kami segera menciptakan dana kekayaan kedaulatan. Kami mulai dengan £ 250 juta dan sekarang kami memiliki lebih dari $ 16 miliar di bank," ucapnya.

“Saat itu, undang-undang menyebutkan 90 persen dari pendapatan minyak dan gas akan digunakan untuk membeli obligasi negara Amerika Serikat. Sepuluh persen, bisa kita gunakan untuk diversifikasi. Karena kami tidak memiliki banyak pengalaman di pasar internasional, kami memutuskan untuk menginvestasikan semuanya pada obligasi negara Amerika Serikat," sambunya.

“Ketika krisis keuangan 2008 melanda, negara-negara dengan kedudukan internasional yang lebih kuat seperti Singapura dan Norwegia, kehilangan puluhan miliar. Timor Leste tidak kehilangan satu sen pun," lanjutnya.

Ramos Horta sendiri pernah berbicara kepada media pada tahun 2008. Kala itu, politisi yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat itu menyindir Timor Leste bisa menjadi Dubai berikutnya.

Baca Juga: Allah Tempatkan Ruh Sebagian Orang Mati di Perut Burung Hijau, Berikut Penjelasannya

Tetapi ketegangan telah membara dalam demokrasi yang baru lahir karena ketidaksetaraan pendapatan dan pengangguran yang tinggi.

Menurut angka terbaru pemerintah dari tahun 2014, 41,8 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan $ 1,52 per hari.

Pemerintah saat ini, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mari Alkatiri, juga menghadapi tekanan yang meningkat untuk menciptakan pekerjaan baru dengan 60 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun.

“Kami mengubah undang-undang kami pada tahun 2009 untuk memungkinkan perubahan yang lebih besar pada portofolio ekonomi kami. Kami sekarang memiliki lebih dari 1.000 investasi di seluruh dunia, ”kata Ramos-Horta.

Baca Juga: Kabar Gembira, Pemerintah Siap Salurkan Bantuan BLT Desa Sebesar Rp13 Triliun, Simak Penjelasannya

“Kami memiliki ratusan orang yang belajar untuk jenjang master mereka di luar negeri. Pada saat yang sama, kami berinvestasi dengan bijak. Kami hidup dari investasi ini. Saat saya mengatakan Dubai, saya sedang melamun. Lupakan Dubai. Saya akan senang jika Timor Leste bisa mencapai ketinggian di Fiji,” lanjut Ramos Horta.

Survey MPI 2020 pun menunjukkan bahwa Timor Leste memiliki nilai kemiskinan sebanyak 0,210 atau 45,8 persen.

Berdasarkan survey tahunan pada 2019, terdapat 559.000 orang yang berada di bawah kemiskinan atau 45,7 persen. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun 2018 yakni sebanyak 581.000 orang.

Timor Leste yang merupakan negara termuda di Asia Tenggara ini sangat bergantung pada sektor energinya yang menyusut, yang menyumbang 78 persen dari anggaran negara 2017.

Baca Juga: Napi Asal China Kabur, Membuat Lubang dengan cara Menggali dan Memakan Tanahnya

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Zonajakarta.Pikiran-Rakyat.com dengan judul Sesumbar Negaranya Bisa Jadi Dubai ke-2, Ramos Horta: Timor Leste Tidak Kehilangan Satu Sen Pun!.

Ladang minyak dan gas utama negara itu, proyek Bayu-Undan yang dioperasikan oleh ConocoPhillips, menyediakan sekitar $ 20 miliar untuk dana minyak bumi selama 10 tahun terakhir, tetapi diperkirakan akan berhenti berproduksi pada tahun 2022.

Para peneliti di lembaga pemikir yang berbasis di Dili, La'o Hamutuk mengatakan kecuali sumber pendapatan baru ditemukan, negara itu bisa bangkrut pada awal 2027.

La'o Hamutuk memperingatkan parlemen Timor Leste tahun lalu bahwa anggaran 2017 sebesar $ 1,39 miliar akan memerlukan penarikan lebih dari $ 1 miliar dari dana minyak bumi.

Dengan rencana pemerintah untuk mengambil hampir empat kali lipat perkiraan pendapatan setiap tahun antara 2018 dan 2021, saldo dana akan turun setidaknya $ 3 miliar, menjadi $ 13 miliar.

Baca Juga: Kabar Bahagia Datang dari WHO, Vaksin Covid-19 China Telah Berhasil Uji Klinis WHO

Lembaga pemikir tersebut mendesak pemerintah untuk menilai kembali beberapa mega proyek, mempertanyakan manfaatnya bagi mayoritas rakyat Timor Leste.

“Proyek-proyek ini akan menggusur masyarakat lokal, menggunakan lahan pertanian yang berharga, menghancurkan mata pencaharian petani dan mencemari lingkungan. Sementara itu, uang yang dihabiskan di dalamnya berasal dari jumlah yang terbatas, dan tidak lagi tersedia untuk proyek yang diperlukan, pembangunan ekonomi berkelanjutan, proyek yang adil, dan layanan sosial untuk semua orang, ”katanya.

Selain minyak, pertanian merupakan komponen utama perekonomian, menyediakan kebutuhan pokok bagi sekitar 80 persen penduduk.

Ekspor komoditas yang paling signifikan adalah kopi, yang menyumbang $ 30 juta dari ekspor tahunan pada tahun 2016.**(Lusi Nafisa/Zonajakarta.com)

Editor: Encep Faiz

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x