Usai Merdeka, Timor Leste Sempat Terjadi Pertumpahan Darah hingga Ramos Horta Nyaris Tewas Ditembak

- 27 September 2020, 20:37 WIB
Pengibaran Bendera Timor Leste: Usai Merdeka, Timor Leste Sempat Terjadi Pertumpahan Darah hingga Ramos Horta Hampir Mati Ditembak
Pengibaran Bendera Timor Leste: Usai Merdeka, Timor Leste Sempat Terjadi Pertumpahan Darah hingga Ramos Horta Hampir Mati Ditembak /.*/Dok. United Nations

MANTRA SUKABUMI - Isu Timor Leste yang dulu merupakan bagian dari negara Indonesia dengan nama Timor Timur itu hingga kini masih hangat diperbincangkan.

Perjuangan para penggerak untuk mewujudkan kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia banyak dicatat dalam sejarah.

namun, sejarah setelah merdekanya Timor Leste dari Indonesia sebenarnya hampir mengalami kehancuran.

 Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Baca Juga: Najwa Dituduh Provokatif oleh Luhut, Najwa: Bukan Provokasi, Ini Fakta di Lapangan

Hal tersebut tentu tak banyak diketahui, bahwa Timor Leste sempat mengalami kekacauan. Tepatnya antara tahun 2006 hingga 2008 silam.

Kekacauan tersebut disebabkan tidak lain karena adanya sebuah diskriminasi terhada pemerintahan Timor Leste bagian barat oleh pemerintahan Dili.

Sehingga dengan alasan di anak tirikannya Timor Leste bagian Barat oleh pemerintahan Dili menjadi timbulnya pemberontakan.

Seorang Mayor dari angkatan perang Timor Leste Falintil, Alfredo Reinado dengan alasan tersebut ia melakukan gerakan pemberontakan terhadap pemerintah.

 Baca Juga: Waspada, Berikut Daerah yang Berpotensi Tsunami 20 Meter, Diantaranya Jawa Barat dan Jawa Timur

Ia yang berasal dari Timor Leste bagian barat yang berbatasan Indonesia selalu didiskriminasi dan dianggap tidak nasionalis.

Dilansir dari Sydney Morning Herald melalui Zonajakarta.com pada Minggu, 27 September 2020 padahal Alfredo Reinado ialah gerilyawan cinta Timor Leste saat berkonflik dengan Indonesia puluhan tahun silam.

Ia hanya murni protes kenapa Timor Leste bagian Barat tidak diperhatikan oleh pemerintah pusat. Aksi protesnya ini justru mendapat penolakan keras dari Falinitil.

Melalui panglima angkatan perang Falintil, Brigjen Taur Matan Ruak, Alfredo dipecat karena dianggap membangkang.

Baca Juga: Sang Maha Guru Berpura-pura Tuli karena Tidak Ingin Mempermalukan yang Kentut Dihadapannya

Pemberontakan Timor Leste, Ramos Horta dan Xanana Gusmao Nyaris Tewas, Militer Indonesia Siaga Penuh
Pemberontakan Timor Leste, Ramos Horta dan Xanana Gusmao Nyaris Tewas, Militer Indonesia Siaga Penuh .*/ericmccarron.com

Baca Juga: Alhamdulillah Erick Thohir Sebut 3 BLT Akan Dilanjutkan Hingga Tahun 2021, Simak Penjelasannya

Kecewa dengan pemerintahannya, Alfredo bersama 600 tentara Falintil Desertir dan menyatakan perlawan dengan membentuk Gastao Salsinha atau angkatan perang Timor Leste Barat.

Gastao Salsinha lantas melakukan serangkaian serangan terarah kepada markas-markas militer Falintil.

Hasilnya Falintil porak poranda karena Alfredo dan rekan sejawatnya Mayor Augusto Araujo pernah mengenyam pendidikan militer formal di Australia, mereka tentara elite!

Kondisi semakin diperparah ketika Gastao Salsinha melakukan kontak dengan geng-geng bersenjata di Timor Leste.

 Baca Juga: jangan Panik, BMKG : Tsunami 20 Meter di Selatan Pulau Jawa Baru Potensi, Belum Tentu Terjadi

Geng-geng bersenjata itu diperintahkan untuk membuat kekacauan di Timor Leste dengan menjarah apapun yang ada di ibu kota Dili.

Parahnya para geng tersebut juga melakukan pembantaian, pembakaran hingga pemerkosaan terhadap warga Timor Leste hingga membuat Dili berdarah.

Walhasil Falintil yang tidak siap menghadapi serbuan bertubi-tubi ini remuk redam kalah dari Gastao Salsinha.

Karena tak sanggup lagi menahan gempuran akhirnya Jose Ramos Horta yang kala itu menjabat sebagai presiden Timor Leste meminta dukungan ke militer Australia.

Baca Juga: Ternyata Allah SWT itu Menyukai Orang-orang yang Suka Membersihkan Diri

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Zonajakarta.Pikiran-Rakyat.com dengan judul Timor Leste Berdarah, Saat Militer Indonesia Siaga Penuh Karena Ramos Horta Hampir Mati Ditembak.

Australia lantas mengirim personelnya ke Timor Leste. Dikiranya takut, pengiriman militer Australia ini malah membuat Alfredo dan kawan-kawan semakin berani.

Puncaknya pada 11 Februari 2008 dimana Alfredo bersama pasukannya menyerang kediaman Jose Ramos Horta dan Xanana Gusmao secara serentak.

Alfredo menilai dengan matinya kedua orang itu akan membawa Timor Leste merdeka seutuhnya walau bisa saja Timor Leste bagian barat harus berpisah dari pemerintahan pusat.

Ramos Horta kena tembak pasukan Alfredo dan hampir mati jika tidak mendapat pertolongan tentara Australia, sedangkan Xanana berhasil selamat.

 Baca Juga: Hati-hati, 14 Wilayah Ini Bisa Terdampak Tsunami 12 Hingga 20 Meter, Simak Mana Saja

Aksi penyerangan itu juga menjadi akhir hayat Alfredo dimana ia ditembak mati Falintil yang berjaga di kediaman Xanana Gusmao.

Di lain pihak saat Timor Leste sedang dilanda krisis, di perbatasan militer Indonesia siaga penuh mengantisipasi jika kerusuhan melebar sampai wilayah RI.

Militer Indonesia diperbatasan saat itu juga diperintahkan mengambil tindakan keras yang dianggap perlu jika kerusuhan membahayakan WNI di sana.**(Beryl Santoso/Zona Jakarta).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x