Para korban, semua dari keluarga yang sama, tewas ketika roket yang menargetkan bandara Baghdad tempat pasukan AS ditempatkan menabrak rumah mereka.
Baca Juga: Ingin Kuota Gratis dari Indosat Ooredoo Tiap Hari, Simak Berikut Tips untuk Dapatkan Kuota Gratis
Serangan itu terjadi di hari yang sama ketika AS melakukan persiapan untuk menarik diplomatnya dari Irak setelah memperingatkan Baghdad bahwa mereka dapat menutup kedutaannya, sebuah langkah yang dikhawatirkan warga Irak dapat mengubah negara mereka menjadi zona pertempuran.
Setiap langkah AS untuk mengurangi kehadiran diplomatiknya di negara di mana ia memiliki hingga 5.000 tentara akan terlihat secara luas di kawasan itu sebagai eskalasi konfrontasinya dengan Iran, yang dituding Washington sebagai penyebab serangan rudal dan bom.
Roket itu diluncurkan dari lingkungan al-Jihad di Baghdad.
Militer menuduh "geng dan kelompok penjahat pengecut" berusaha untuk "menciptakan kekacauan dan meneror orang".
Baca Juga: Sempat Alami Penolakan, KAMI Gelar Nobar G30S PKI Bareng Gatot Nurmantyo di Rengasdengklok
Dikatakan Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi memerintahkan penangkapan para pelaku dan mengatakan "geng-geng ini tidak akan diizinkan untuk pergi berkeliling dan merusak keamanan" tanpa mendapat hukuman.
Kematian itu adalah yang pertama di antara warga sipil Irak dalam pecahnya kekerasan terbaru, di mana pejuang Syiah Irak yang didukung Iran disalahkan karena menargetkan kepentingan AS di negara itu.
Korban tewas menempatkan faksi-faksi bersenjata dalam posisi yang tidak nyaman. Publik semakin kecewa dengan kekerasan dan kelompok bersenjata yang menuntut uang tebusan selama bertahun-tahun.
Mungkin mengantisipasi serangan balasan, akun media sosial pro-Iran yang biasanya memuji serangan roket seperti itu tidak bersuara setelah serangan terbaru.