Pasca serangan di Nice, Presiden Prancis: Kami Tidak Akan Menyerah Hingga Keamanan Level Tinggi

- 30 Oktober 2020, 13:16 WIB
Fakta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang penuh kontroversi
Fakta Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang penuh kontroversi /Aljazeera.com

Selain dua orang tersebut, menurut Ricard, pelaku juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun yang melarikan diri ke kafe terdekat dimana dia membunyikan alarm sebelum meninggal. 

Polisi kemudian datang dan menghadapi penyerang yang masih meneriakkan "Allahu Akbar", dan menembak serta melukai dia.

Sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis menyebut tersangka sebagai Brahim Aouissaoui. Saat ini, tersangka berada di rumah sakit dalam kondisi kritis.

"Pada penyerang, kami menemukan sebuah Al Quran dan dua telepon, pisau kejahatan 30cm dengan ujung tajam 17cm. Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan oleh penyerang. Di samping tas ini ada dua pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan," ujar Ricard.

Baca Juga: Lama Tidak Muncul, Anak SBY Tiba-tiba Keluarkan Pernyataan Mengejutkan: Indonesia Harus Tegas

Baca Juga: Video ‘Halte Sarinah’ Milik NarasiTv Najwa Shihab, Sangat Mirip dengan Serial TV The X-File

Mohsen Dali, juru bicara pengadilan khusus kontra-militansi Tunisia, mengatakan kepada Reuters bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di sana sebagai tersangka militan.

Dia mengatakan Aouissaoui meninggalkan negara Tunisia pada 14 September dengan perahu. Ia menambahkan bahwa Tunisia telah memulai penyelidikan forensiknya sendiri atas kasus tersebut.

Wali Kota Nice, Christian Estrosi, mengatakan serangan itu mirip dengan pemenggalan seorang guru yaitu Samuel Paty yang telah menggunakan kartun Nabi Muhammad di kelas kewarganegaraan tentang kebebasan berekspresi.**

Halaman:

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah