Waspadai Atap Rumah dari Asbes Bisa Sebabkan Kanker

- 3 November 2020, 21:11 WIB
ILUSTRASI bahaya asbes bagi Indonesia.*
ILUSTRASI bahaya asbes bagi Indonesia.* /Pixabay/

 

MANTRA SUKABUMI - Ancaman kematian bisa datang dari mana saja tanpa kita sadari. Salah satunya datang melalui penggunaan asbes yang berdampak buruk pada kesehatan.

Seseorang mungkin terpapar asbes di tempat kerja, sekolah, fasilitas umum atau bahkan di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.

Mengapa asbes berbahaya? Karena serat asbes mengeluarkan debu halus yang berbentuk serat tajam di udara. Sehingga, ketika asbes terhirup oleh pernafasan sangat memungkinkan terjebak di kantung paru-paru dan tetap berada di sana untuk waktu yang lama.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

Baca Juga: Anda Miliki Riwayat kolestrol Coba Konsumsi Seledri, Selain itu ada 6 Khasiat Lain bagi Kesehatan

Seiring waktu, serat ini dapat menumpuk dan menyebabkan jaringan parut dan pembengkakan, yang dapat mempengaruhi pernapasan dan menyebabkan sel bermutasi menjadi kanker.

Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari inaban.org pada Selasa, 3 November 2020. WHO telah menyatakan semua jenis Asbes sebagai bahan Karsinogenik (Penyebab kanker). Chrysotile atau Asbes putih telah terbukti mengakibatkan asbestosis, kanker paru, mesothelioma dan kanker laring dan ovarium (IPCS, 1998; WTO, 2001; IARC, 2012; WHO, 2014; Collegium Ramazzini, 2015).

Data terakhir memperlihatkan beban global terkait kanker yang diakibatkan asbes diperkirakan sebanyak 194.000 orang meninggal pada tahun 2013, naik dari 94.000 orang pada tahun 1990 (kenaikan lebih dari 100%). Dampak kematian dan kecacatan akibat penyakit asbes tersebut (Tahun Hidup Tuna Upaya/DALYs) mencapai 3.402.000 – lebih dari 94% sejak tahun 1990. Angka ini merupakan 2/3 dari seluruh kasus kanker akibat kerja.

Tidak ada ambang batas mengenai jumlah minimal paparan asbes yang aman bagi manusia untuk terbebas dari resiko penyakit akibat asbes – termasuk juga paparan minimal chrysotile (Royal Commission, 1984; IARC, 1977, 2012; IPCS, 1998; IPCS 2004-2012; Collegium Ramazzini, 2015).

Halaman:

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Inaban.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x