2 Hal Berikut Jadi Kunci Puasa Ramadhan Diterima dan Dapat Lebur Dosa yang Telah Lalu

13 April 2021, 20:29 WIB
Doa Buka Puasa yang dianjurkan dan menurut apa yang dilakukan Rasulullah SAW. /Pixabay/Serdar Ablak

MANTRA SUKABUMI - Puasa Ramadhan memiliki 2 kunci, sebagai indikasi bahwa puasa seorang muslim diterima oleh Allah SWT.

2 kunci tersebut adalah syarat mutlak untuk dapat menghapus dosa seorang muslim yang telah lalu, sebagaimana Rasulullah SAW, menjelaskan di dalam hadis-Nya.

Banyak orang yang mengerjakan puasa namun hanya lapar dan dahaga yang ia peroleh, disebabkan karena hilangnya 2 kunci yang akan diurai penjelasannya dibawah ini.

 Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: PKB Diguncang Isu Muktamar Luar Biasa, Eks Ajudan Gus Dur: Gak Heran Kader Dikelabui untuk Kepentingan Pribadi

Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, kaitannya dengan 2 kunci yang menjadi syarat mutlak dosa seorang muslim diampuni oleh Allah SWT.

Diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

[رواه البخاري ومسلم]

Artinya, “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.”

 Baca Juga: Bolehkah Salat Tarawih Empat Rakaat dalam Satu Kali Salam, Begini Penjelasan Buya Yahya

Di dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang melakukan qiyam di malam hari Ramadhan, dengan dasar iman dan Ihtisaban, maka dosanya yang lalu pasti diampuni.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Makna iman dan Ihtisaban adalah 2 kunci yang dimaksud diatas, dan 2 kunci tersebut dinyatakan dalam hadits Rasulullah SAW.

Al-Hafidz Imam Ibn Hajar radhiallahu’anhu, menuturkan dalam kitabnya Fath al-Bari sebagai berikut:

اَلْمُراَدُ بِالإِيْمَانِ: الاِعْتِقَادُ بِفَرْضِيَّةِ صَوْمِهِ. وَبِالاِحْتِسَابِ: طَلَبُ الثَّوَابِ مِنَ اللهِ تَعَالَى.

Artinya, “Maksud dari lafadz, “IMANAN” adalah meyakini kewajiban puasanya. Sedangkan maksud lafadz, “IHTISABAN” adalah mencari pahala dari Allah SWT.

 Baca Juga: KPK Gagal Geledah Kantor PT Jhonlin Baratama, Refly Harun: KPK Sudah Tak Bernyali

Al-Manawi menjelaskan, dalam kitab Faidh al-Qadir, sebagai berikut:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِثَوَابِ اللهِ أَوْ أَنَّهُ حَقٌّ، وَاحْتِسَاباً لأَمْرِ اللهِ بِهِ، طَالِباً الأَجْرَ أَوْ إِرَادَةَ وَجْهِ اللهِ، لاَ لِنَحْوِ رِيَاءَ، فَقَدْ يَفْعَلُ المُكَلَّفُ الشَّيْءَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ صَادِقٌ لَكِنَّهُ لَا يَفْعَلُهُ مُخْلِصاً بَلْ لِنَحْوِ خَوْفٍ أَوْ رِيَاءَ

Artinya, “Siapa saja yang puasa Ramadhan dengan “IMANAN” yaitu membenarkan pahala dari Allah, bahwa pahala itu benar, dan dengan “IHTISABAN” semata karena menunaikan perintah Allah,

dengan mengharap pahala, atau berharap kepada Allah, bukan untuk tujuan riya’ Sebab, kadang seorang Mukallaf melakukan sesuatu, dia yakin bahwa itu benar, tetapi dia tidak melakukannya dengan ikhlas, namun karena takut atau riya’.”

Imam an-Nawawi Rahimahullah Ta'ala juga menjelaskan hadits di atas dengan menyatakan:

 Baca Juga: Rahasia Besar Allah SWT Dibalik Usia 40 Tahun, Perbanyak Baca ini Jika Ingin Selamat Dunia Akhirat

مَعْنَى إِيْمَاناً: تَصْدِيْقاً بِأَنَّهُ حَقٌّ مُقْتَصِدٌ فَضِيْلَتُهُ، وَمَعْنَى اِحْتِسَاباً، أَنَّهُ يُرِيْدُ اللهَ تَعَالَى لاَ يَقْصُدُ رُؤْيَةَ النَّاسِ وَلاَ غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يُخَالِفُ الإِخْلاَصَ

Artinya, “Makna “IMANAN” adalah membenarkan, bahwa itu memang benar, dengan nilai keutamaan. Sedangkan makna “IHTISABAN”

adalah dia menginginkan Allah SWT, bukan berharap dilihat manusia, dan bukan yang lain. Dengan sesuatu yang menyalahi keikhlasan.”

Al-Hafidz Ibn Jauzi menambahkan:

قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا” أيْ تَصْدِيْقًا بِالمَعْبُوْدِ الآمِرِ لَهُ، وَعِلْمًا بِفَضِيْلَةِ الْقِيَامِ وَوُجُوْبِ الصِّيَامِ، وَخَوْفًا مِنْ عِقَابِ تَرْكِهِ، وَمُحْتَسِبًا جَزِيْلَ أَجْرِهِ، وَهَذِهِ صِفَةُ المُؤْمِنِ [كشف المشكل في حديث الصحيحين

Artinya, “Sabda Nabi Muhammad SAW “IMANAN” dan “IHTISABAN” maksudnya adalah membenarkan Dzat yang Disembah, yang Maha Memberi Perintah kepadanya,

dengan meyakini keutamaan qiyamu lailnya, dan kewajiban puasanya. Takut terhadap siksa-Nya ketika meninggalkannya, serta berharap pahala-Nya yang berlimpah. Inilah sifat orang Mukmin.” (Kasyf al-Musykil fi Hadits as-Shahihain).***

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler