Mengenal Sejarah Masjid Demak Jawa Tengah, Cocok Dijadikan Tempat Ngabuburit Selama Ramadhan 2021

19 April 2021, 19:30 WIB
Mengenal Sejarah Masjid Demak Jawa Tengah, Cocok Dijadikan Tempat Ngabuburit Selama Ramadhan 2021./ /- Foto: Seputartangsel/Sugih Hartanto

 

MANTRA SUKABUMI - Salah satu lokasi menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit warga Demak Jawa Tengah adalah di Masjid Agung Demak.

Biasanya jika memasuki bulan ramadan warga datang untuk berwisata religi, hingga pelaksanaan shalat tarawih berjemaah.

Warga mendatangi Masjid Agung Demak sejak siang menjelang petang, dan beragam kegiatan yang bisa diikuti warga, mulai dari shalat ashar berjemaah, hingga mengikuti ceramah keagamaan, yang disampaikan ulama hingga menjelang buka puasa.

Baca Juga: Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti Apresiasi pada Kodam Udayana dan Aplikasi Shopee, Karena Hal ini

Baca Juga: Sangat Ketakutan, Joseph Paul Zhang Catut Nama Kapolri dalam Kasusnya, dr Lisa: Apa Hubungannya?

Masjid Agung Demak masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia, dan lokasi Masjid Agung Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Berada tepat di alun-alun dan pusat keramaian Kota Demak, Masjid Agung Demak tak sulit untuk ditemukan serta banyak dijumpai penjaja makanan disekitar mesjid jika ingin berbuka puasa.

Berikut adalah Sejarah singkat Masjid Agung Demak, dikutip mantrasukabumi.com dari laman resmi c.

Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi.

Baca Juga: Sindir Pemerintah, Jansen Sitindaon: Pemasukan Turun, Bencana, Utang Numpuk Jangan Berfikir Rumah Baru

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa inilah yang mendasari Demak mendapat sebutan kota wali.

Raden Patah bersama dengan Walisongo membangun masjid Demak dengan memberi gambar serupa bulus yang merupakan candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi.

Secara filosofis bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka.

Bulus yang terdiri tas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1.

Baca Juga: Inilah Doa Syukur Nikmat dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, Rezeki Bertambah dan Berlimpah

 Baca Juga: Niat Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki jika Ayah yang Membayar, lengkap Arab, Latin dan Artinya

Hewan bulus memang menjadi simbol Masjid Agung Demak, dibuktikan dengan adanya berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid.

Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik.

Atap masjid berbentuk linmas yang bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan.

Empat tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.

Baca Juga: Waspada, ini Bahaya Santan bagai Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Dapat Berisiko Gangguan Jantung 

Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg dianggap mampu menahan petir.

Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani, maknanya tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.

Sementara bagian teras Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: demakkab.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler