Kisah Awal I’tikaf Malam Lailatul Qadar dengan Kemah, Begini Sabda Rasulullah SAW

27 April 2021, 11:00 WIB
ILUSTRASI: Rukun i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. /PIXABAY/15329403

MANTRA SUKABUMI – Salah satu amal ibadah penting di bulan Ramadhan adalah ibadah di malam Lailatul Qadar. Untuk mendapat kemuliaan di malam Lailatul Qadar yang sudah menjadi impian setiap orang-orang beriman, dibutuhkan perjuangan dan niat yang ikhlas.

Berbagai upaya dilakukan orang-orang beriman demi mendapat kemuliaan malam Lailatul Qadar, mulai dari i’tikaf di dalam masjid hingga i’tikaf di halaman masjid dengan mendirikan kemah. Waktunya pun dihitung, ada yang rela i’tikaf sepanjang malam di bulan Ramadhan, ada juga hanya di malam-malam tertentu saja.

Kegiatan ibadah i’tikaf di tenda-tenda demi meraih kemuliaan di malam Lailatul Qadar berawal sejak zaman Rasulullah Saw., dimana empat istri Beliau mendirikan tenda masing-masing di halaman Masjid Nabawi.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Muak dengan Kebijakan Pemerintah, dr Tirta: Sekarang Saya Hanya Perioritaskan Keluarga, Teman dan Pegawai Saya

Dilansir mantrasukabumi.com dari tulisan Ahmad Rofi’ Usmani yang diterbitkan oleh Mizan tahun 2005 dengan judul ‘Teladan Indah Rasulullah dalam Beribadah’ bagian Kisah-Kisah seputar Puasa.

Begitu bulan Ramadhan tiba, Rasulullah Saw. selalu melakukan i’tikaf, berdiam diri di masjid dengan niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt., terutama pada sepuluh hari dan malam terakhir Ramadhan.

Malah, dapat dikatakan pada hari-hari itu beliau begitu intens beribadah kepada Allah Swt., melebihi hari-hari lain. I’tikaf tersebut Beliau lakukan berkaitan dengan datangnya Lailatul Qadar, yaitu malam kemuliaan atau disebut juga “Malam Seribu Bulan”.

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, ibadah pada malam Lailatul Qadar dinilai lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan.

Baca Juga: Jarang Diamalkan, Ternyata Doa yang Dipanjatkan Diantara Adzan dan Iqomah Sangat Mustajab di Mata Allah SWT

Suatu pagi, seusai melaksanakan shalat subuh, Rasulullah Saw. memasuki tempat i’tikaf Beliau di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Melihat hal itu, ‘A’isyah memohon kepada Beliau untuk ikut beri’tikaf. Rasulullah Saw. dengan senang hati memberi izin kepada istri yang sangat dicintainya itu.

Dan betapa gembira ‘A’isyah mendapat izin dari suaminya tersebut. Dia pun segera mengambil kemah dan mendirikannya di halaman Masjid Nabawi yang terbuka.

Melihat ‘A’isyah binti Abu Bakar r.a. mendirikan kemah di halaman Masjid Nabawi, dengan tujuan untuk beri’tikaf, Hafshah binti ‘Umar bin Al-Khaththab juga mendirikan kemah tanpa sepengetahuan Rasulullah Saw.

Melihat ‘A’isyah dan Hafshah mendirikan kemah-kemah untuk beri’tikaf, beberapa istri beliau pun mengikuti jejak kedua putri sahabat tersebut, sehingga pada malam itu di halaman Masjid Nabawi berdiri empat kemah.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Hari ini Selasa 27 April 2021, BMKG Prediksi Tak Ada Hujan dan Banjir

Pada pagi harinya, ketika Rasulullah Saw. telah usai shalat subuh, betapa kaget melihat empat kemah berdiri tegak di halaman Masjid Nabawi. Beliau pun bertanya kepada salah seorang sahabat.

“Kemah-kemah siapa itu? Kenapa mereka mendirikan kemah-kemah itu di dalam masjid?”, kata Rasulullah kepada sahabat.

“Wahai Rasul! itu kemah-kemah beberapa Ibunda Orang-Orang Beriman,” jawab seorang sahabat.

“Kenapa mereka melakukan hal itu? Apakah karena mengharafkan kebajikan, mereka mendirikan kemah-kemah itu? Pindahkan kemah-kemah itu! Aku tidak ingin melihatnya dan Aku tak jadi beriktikaf!” perintah Beliau agak gusar.

Kemah-kemah itu pun dipindahkan. Dan pada hari-hari berikutnya pada bulan Ramadhan tahun itu, beliau tidak melanjutkan i’tikafnya. Beliau kemudian melaksanakan i’tikaf lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Syawwal.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Tags

Terkini

Terpopuler