Kenapa Hari Tasyrik Setelah Idul Adha Haram Puasa, Simak Alasan dan Penjelasannya

20 Juli 2021, 15:30 WIB
Kenapa Hari Tasyrik Setelah Idul Adha Haram Puasa, Simak Alasan dan Penjelasannya./ /Pexels.com/Michael Burrows

MANTRA SUKABUMI - Salah satu hari yang diharamkan melaksanakan puasa adalah hari Tasyrik.

Hari tasyrik ini bertepatan dengan tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah, yaitu satu hari setelah hari raya Idul Adha.

Lalau apa yang menjadi alasan dan dasar hukum larangan berpuasa pada hari Tasyrik ini. Anda bisa menyimaknya pada artikel inni.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Di kalangan Syafiiyyah tidak membolehkan puasa di hari-hari Tasyrik sekalipun karena unsur nadzar.

Imam Ahmad membolehkannya tapi jelek menjalani nadzarnya, Imam Malik membolehkan di hari ketiga dari hari tasyriq (tanggal 13 Dzul Hijjah).

Hanya, menurut kalangan Hanabilah, Malikiyyah dan Qaul Qadimnya Syafi’iyyah bagi orang yang menjalankan haji Tamattu’ dan Qiran saat tidak menemukan hadiah diperbolehkan berpuasa di hari-hari tersebut berdasarkan sebuah riwayat hadits dari Ibn Umar dan ‘Aisyah ra.

الأثر عن ابن عمر وعائشة رضي الله عنهم أنهما قالا : " لم يرخص في أيام التشريق أن يصمن إلا لمن لم يجد الهدي " . أخرجه البخاري من حديث ابن عمر وعائشة رضي الله عنهم.

“Tidak ada kemurahan di hari-hari taysriq untuk dipuasai kecuali bagi orang yang tidak menemukan hadiah” (Atsar Ibn Umar dan ‘Aisyah ra- Fath al-Baari II/242).

Sedang menurut Imam Ahmad, Kalangan Hanafiyyah dan Qaul Qadimnya Syafi’iyyah puasa dihari-hari tasyriq sebagai pengganti hadiah di atas tetap tidak diperbolehkan berdasarkan larangan hadits yang pertama.

Kalangan Hanabilah, Syafi’iyyah dan malikiyyah berpendapat “Barangsiapa bernadzar menjalani puasa dalam satu tahun, tidak masuk dalam nadzarnya hari-hari tasyriq, berbukalah dan tidak ada qadha baginya karena hari-hari tasyriq memang hari berbuka dan tidak dapat disentuh oleh nadzar sekalipun”.

Dikutip mantrasukabumi.com dari tebuireng.online, pada hari Tasyrik ini para jamaah haji sedang berada di Mina dan melemparkan jumroh.

Baca Juga: Niat, Syarat serta Tata Cara Menyembelih Hewan Kurban pada Idul Adha dan Hari Tasyrik

Dalam hal ini juga umat Islam di seluruh belahan dunia diharamkan untuk berpuasa karena pada hari ini menjadi hari menikmati makanan sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada umat Islam.

عَنْ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِىَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ (رواه أبو داود)

“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah Saw bersabda: hari Arafah (9 Dzul Hijjah), hari Idul Adha (10 Dzul Hijjah) dan hari-hari Tasyrik merupakan hari raya kita umat Islam. Hari-hari tersebut merupakan hari makan dan minum.” (HR. Abu Daud)

Dan di balik hari Tasyrik ini terdapat kisah larangan Allah kepada kaum muslimin untuk berpuasa baik puasa sunnah maupun puasa wajib.

Dilansir dari Ibnu Rajab bahwa dahulu saat para jamaah haji sedang mendatangi Baitullah, perjalanan yang mereka tempuh sangatlah jauh sekali hingga mengakibatkan kebanyakan dari jamaah tersebut kelelahan dan akhirnya mereka beristirahat setelah ihram.

Dan sewaktu itu juga Allah mengisyaratkan kepada para jamaah haji tersebut untuk bermuqim (tinggal) di Mina yang mana pada hari itu bertepatan dengan hari kurban dan 3 hari setelahnya.

Allah perintahkan juga kepada mereka untuk menikmati hidangan dari daging sembelihan tersebut agar dapat membantu mereka untuk semakin giat lagi beribadah kepada Allah SWT.***

Editor: Dea Pitriyani

Tags

Terkini

Terpopuler