Teks Khutbah Idul Adha 1443 H Singkat Tema Pesan Kemanusiaan Rasulullah SAW dan Nabi Ibrahim AS

7 Juli 2022, 08:40 WIB
Contoh teks khutbah saat melaksanakan ibadah sholat Idul Adha 1443 H dengan tema pesan kemanusiaan Rasulullah SAW dsn Nabi Ibrahim AS /pixabay.com/@dinar_aulia

 

MANTRA SUKABUMI - Berikut contoh teks Khutbah singkat Idul Adha 1443 H dengan tema Pesan Kemanusiaan Rasulullah SAW dan Nabi Ibrahim AS

Hari Raya Idul Adha 1443 H tinggal menghitung hari. Hal ini berdasarkan pengumuman pemerintah melalui Kementerian Agama atau Kemenag telah menetapkan Hari Raya Idul Adha 1443 H bertepatan dengan hari Minggu, 10 Juli 2022.

Sementara Muhammadiyah resmi menetapkan Hari Raya Idul Adha 1443 H bertepatan dengan hari Sabtu, 9 Juli 2022.

Baca Juga: Contoh TEKS KHUTBAH Jumat Tema Idul Adha 2022 Singkat Hanya 10 Menit dan Paling Menyentuh Hati Jamaah

Meski terdapat perbedaan, namun sebagai umat Islam sudah diberikan panduan bagaimana cara menyikapi perbedaan pendapat dan pandangan.

Biasanya, khatib akan memberikan khutbah selepas melakukan shalat Ied seputar hal yang berkaitan dengan sejarah, pedoman, maupun amalan dan pesan di hari Raya Idul Adha ataupun kurban.

Berikut teks Khutbah singkat Idul Adha 1443 H dengan tema Pesan Kemanusiaan Rasulullah SAW dan Nabi Ibrahim AS yang ditulis oleh Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Khoirul Anwar, sebagaimana dilansir mantrasukabumi.com dari laman NU Online pada Kamis, 7 Juli 2022.

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلهِ الرَّحِيْمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيْمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيْمِ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ


أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin-hadirat jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan rasa takwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Baca Juga: Tips Memilih Hewan Kurban yang Baik dan Sesuai Syariat untuk Idul Adha 1443 H

Pada hari ini yang dimulai setelah kita menyelesaikan shalat ‘Id, kita disunnahkan untuk berkurban, yakni menyembelih binatang seperti kambing atau sapi yang kemudian dagingnya kita makan, kita hadiahkan dan kita sedekahkan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

Kesunnahan berkurban ini berkaitan dengan sejarah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang diuji keimanannya oleh Allah untuk melepaskan sesuatu yang paling ia cintai di dunia ini, yakni dengan menyembelih putranya.

Pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu melalui mimpinya bahwa Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih anak yang paling ia sayangi.

Nabi Ibrahim merenung panjang, “Haruskah ia mengikuti perintah Tuhannya untuk melepaskan hal yang paling ia sayangi, hal yang paling ia sukai? Apakah mimpi ini benar dari Allah atau bukan?”

Nabi Ibrahim sangat sedih dalam permenungan yang sangat panjang itu. Karenanya, pada tanggal 8 Dzulhijjah yang kita semua disunnahkan untuk berpuasa disebut dengan hari “tarwiyah” yang berarti “hari merenung”, yakni hari di mana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melakukan permenungan panjang atas mimpinya.

Kegalauan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan jawabannya pada malam hari berikutnya, yakni pada malam hari 9 Dzulhijjah, bahwa ia benar-benar diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anak kesayangannya yang bernama Isma‘il.

Baca Juga: TWIBBON GRATIS Terbaru 2022 Cocok untuk Bingkai Foto Profil Medsos Meriahkan Hari Raya Idul Adha 1443 H

Karenanya, tanggal 9 Dzulhijjah yang kita semua, umat Islam disunnahkan berpuasa disebut dengan “hari ‘Arafah” yang berarti “pengetahuan”, yakni hari di mana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan jawaban atau pengetahuan atas perintah Allah yang ia ragukan sebelumnya.

Dengan dasar ketaatan kepada Allah yang sangat tulus, dengan latar belakang rasa cinta kepada Tuhan yang mengalahkan segalanya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam benar-benar mantap dan bertekad akan menjalankan perintah-Nya, yaitu menyembelih Isma‘il, orang yang paling ia sayangi.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah, kita tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam saat itu.

Seorang ayah yang sudah lama sekali menanti memiliki keturunan, namun ketika dikaruniai anak melalui pernikahannya dengan Dewi Hajar, anak yang beliau impi-impikan itu harus disembelih dengan tangannya sendiri, padahal Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memiliki anak ketika usianya sudah sangat sepuh, yakni 86 tahun.

Dalam QS. Ash-Shâffât 100-101 diceritakan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meminta kepada Allah diberi keturunan yang saleh, lalu Allah mengabulkannya dengan memberi anak yang sabar.

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ

Kita juga tidak bisa membayangkan bagaimana dialog Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan istrinya ketika meminta izin untuk menjalankan perintah Allah, yakni menyembelih anaknya.

Sudah pasti perasaan keduanya hancur karena harus melepas kesayangannya. Perasaan keduanya gundah dan berkeping-keping karena orang yang paling ia sayangi akan mati di tangannya.

Tapi, rupanya cinta Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan istrinya kepada Allah subhanahu wata’ala melebihi segala-galanya. Demi mengikuti perintah Allah, keduanya rela melepaskan orang yang paling dicintai.

Begitu juga, kita tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan suami istri itu ketika meminta izin kepada anaknya yang akan dikorbankan, yakni Isma‘il ‘alaihissalam

Tapi Isma‘il sendiri justru menguatkan tekad ayah dan ibundanya untuk menunaikan perintah Allah subhanahu wata’ala.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.

“Ketika anak itu memasuki usia dewasa, sudah berkembang, sudah bisa bepergian dan berjalan, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata kepada anaknya: Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, peristiwa Nabi Ibrahim yang sangat mendebarkan hati ini, bukan semata-mata arsip sejarah yang perlu dikenang jika dibutuhkan, tapi kisah ini memiliki makna, ‘ibrah atau pelajaran yang perlu diambil dan diperhatikan bagi seluruh umat manusia.

Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah simbol pengorbanan di dalam beragama. Di antara pelajaran itu, pertama, beriman atau beragama pada dasarnya melawan hawa nafsu atau kesenangan yang ada di dalam diri kita masing-masing.

Setiap manusia cenderung mengikuti keinginan nafsunya, yakni ingin melakukan hal yang enak, menikmati segala kesenangan tanpa batas, merasakan segala keindahan dan yang lainnya tanpa mempedulikan hal tersebut menyakiti, merugikan atau membahayakan diri sendiri maupun orang lain atau tidak.

Di sinilah agama hadir memberikan seperangkat aturan, yakni mengatur perbuatan ini haram dan perbuatan itu halal, tindakan ini boleh dan tindakan itu tidak boleh, hal ini baik dan hal itu buruk, dan seterusnya.

Dengan demikian masing-masing dari orang yang beragama seharusnya mematuhi aturan agama, bukan mengikuti kesenangan atau kehendak nafsunya.

Dalam kisah Nabi Ibrahim, kenikmatan tertinggi disimbolkan dengan memiliki anak, tapi Nabi Ibrahim berhasil mengalahkan hawa nafsu kecintaan kepada putranya dengan mengikuti perintah Allah subhanahu wata’ala.

Baca Juga: Percantik Foto Profil Media Sosial Pada Hari Raya Idul Adha 2022, Cek Twibbon GRATIS Terbaru Terkeren di Sini

Pelajaran atau ‘ibrah yang kedua dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di atas yaitu penegasan bahwa hak asasi manusia harus dijunjung tinggi, dalam hal ini hak hidup.

Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk menyembelih putranya bertujuan untuk menguji keimanannya atau ibtilâ` (إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ), sehingga ketika beliau tulus hendak menunaikannya, Allah subhanahu wata’ala mengganti objek sesembelihannya dengan binatang.

Penggantian “objek kurban” dari manusia ke binatang mengandung makna bahwa manusia memiliki hak untuk hidup yang seorang pun atas nama apa saja tidak boleh menghilangkannya.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد

Jamaah Idul Adha yang berbahagia, ajaran menjunjung tinggi kemanusiaan dalam agama Ibrahim pada masa itu benar-benar sangat langka mengingat ada banyak kepercayaan suku yang melakukan persembahan kepada “tuhannya” atau qurbân dengan menggunakan darah manusia, sementara ajaran agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang kemudian diteruskan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sedari awal dengan tegas mengharamkan meneteskan darah manusia.

Penegasan akan hak hidup dan hak-hak dasar lain yang dimiliki manusia di kemudian hari disampaikan secara jelas oleh Nabi Muhammad SAW secara berturut-turut.

Dalam khutbah di Padang Arafah ketika beliau menjalankan ibadah haji yang dilakukan hanya sekali dalam seumur hidupnya atau dikenal dengan hajjah al-wadâ‘ (haji perpisahan) pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke 10 H atau bertepatan pada tahun 632 M dan dalam khutbah Idul Adha sehari setelahnya pada tanggal 10 Dzulhijjah pada tahun yang sama.

Dalam kedua khutbah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepada semua orang yang hadir bahwa jiwa, harta, dan harga diri manusia memiliki kemuliaan yang tidak boleh dihilangkan oleh siapapun. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِسْمَعُوْا قَوْلِيْ، فَإِنِّيْ لَا أَدْرِيْ لَعَلِّيْ لَا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هَذَا بِهَذَا الْمَوْقِفِ أَبَدًا، أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، وَكَحُرْمَةِ شَهْرِكُمْ هَذَا، وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ، فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ، أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِيْ ضَلَالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ.

“Wahai sekalian manusia, dengarkanlah perkataanku. Sesungguhnya aku tidak tahu, barangkali setelah tahun ini aku tak bisa lagi berjumpa dengan kalian selama-lamanya.

Wahai umat manusia, sesungguhnya darah kalian, harta dan harga diri kalian itu mulia, sebagaimana mulianya hari ini dan bulan ini. Kalian kelak akan bertemu Tuhan, dan Ia akan bertanya kepada kalian tentang perbuatan yang kalian lakukan.

Ingatlah, setelah aku wafat janganlah kalian kembali ke dalam kesesatan, di mana sebagian di antara kalian memukul atau membunuh sebagian yang lain.”

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ. كُلُّكُمْ لِأَدَمَ، وَأَدَمُ مِنْ تُرَابٍ. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ الله ِ أَتْقَاكُمْ. لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَبْيَضَ، وَلَا لِأَبْيَضَ عَلَى أَحْمَرَ فَضْلٌ إِلَّا بِالتَّقْوَى.

“Wahai umat manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, leluhur kalian juga satu. Kalian berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah.

Sesungguhnya paling mulianya kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Orang Arab tidak lebih utama daripada Non Arab atau ‘ajam, Non Arab tidak lebih utama daripada orang Arab.

Orang kulit merah tidak lebih utama daripada yang berkulit putih, orang kulit putih tidak lebih utama dari yang berkulit merah kecuali (disebabkan) tingkat ketakwaannya.”

Baca Juga: Percantik Foto Profil Media Sosial Pada Hari Raya Idul Adha 2022, Cek Twibbon GRATIS Terbaru Terkeren di Sini

Khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, baik yang disampaikan dalam khutbah di Padang Arafah maupun pada hari raya Idul Adha menegaskan, bahwa Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada abad ke 7 M sejak awal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah, pada hari raya Idul Adha ini, meski kita semua berada dalam kondisi dan situasi yang kurang mengenakkan karena pandemi.

Tapi dengan segala rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala kita masih diberi kesehatan dan keselamatan, sehingga kita dapat berusaha menggunakan kesempatan ini untuk menunaikan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang Muslim.

Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di atas mengajarkan kepada kita bahwa beragama adalah pengorbanan melawan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita masing-masing.

Beragama adalah usaha menjadikan diri kita sebagai manusia seutuhnya, yakni manusia yang tidak diperbudak oleh nafsu atau manusia lainnya, melainkan manusia yang menghamba dengan seutuhnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Semoga pandemi yang sedang kita alami segera berakhir, kita semua selalu diberi kesehatan dan keselamatan, serta selalu berada di dalam lindungan Allah subhanahu wata’ala.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً. اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ


اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا أَخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ. اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا دَيْنًا إِلَّا قَضَيْتَهُ، وَلَا مَرِيْضًا إِلَّا شَفَيْتَهُ وَعَافِيَتَهُ، وَلَا حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا إِلَّا قَضَيْتَهَا وَيَسَّرْتَهَا لَنَا يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ، وَيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهُ أَكْبَرُ

Demikianlah teks Khutbah singkat Idul Adha 1443 H dengan tema Pesan Kemanusiaan Rasulullah SAW dan Nabi Ibrahim AS. Semoga bermanfaat.*

Editor: Neng Siti Kulsum Ayunengsih

Tags

Terkini

Terpopuler