MANTRA SUKABUMI – Sesungguhnya bagi setan, lebih berat dalam menghadapi orang-orang yang berilmu, utamanya ilmu agama.
Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidaklah disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari pada dengan kepahaman agama”.
“Dan sungguh satu orang yang paham dengan agama itu, lebih berat bagi setan dari pada seribu orang ahli ibadah”.
Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian
Baca Juga: 3 Tingkatan Tawakal kepada Allah SWT, yang Paling Tinggi Seperti Halnya Mayit Sedang Dimandikan
“Dan setiap sesuatu itu ada tiangnya, sedangkan tiangnya agama ini adalah fiqih”. (HR. Daruquthni). Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari Kitab At Targhib Wat Tarhib.
Diceritakan dalam sebuah kisah bahwa pada suatu hari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa sallam datang ke masjid.
Kemudian di muka pintu masjid itu beliau melihat setan yang ragu-ragu akan masuk. Lalu baliau menegurnya, “Hai setan, apa yang sedang kamu kerjakan disini?”.
Baca Juga: Pengusaha Air Kemasan Menjadi Orang Terkaya di China, Mengalahkan Jack Ma Pendiri Alibaba
Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp 600 Ribu Tahap 1 Hingga 4 Tidak Cair, Jangan Diam Saja, Segera Laporkan
Maka setan menjawab, “Saya akan masuk masjid untuk mengganggu orang yang sedang sholat. Tetapi aku takut kepada seorang lelaki yang sedang tidur”.
Segera baliau menjawab, “Hai Iblis, mengapa kamu tidak takut kepada orang yang sedang sholat menghadap Tuhannya, tetapi justru takut kepada orang yang sedang tidur?”.
Setan menjawab, “Betul, sebab orang yang sholat itu bodoh, sehingga mengganggunya lebih mudah. Sebaliknya orang yang sedang tidur itu adalah orang alim”.
Baca Juga: Ternyata, Para Ahli Ibadah Gak Ada Apa-apanya Ketimbang Orang Alim
Baca Juga: Ketika Dicambuk, Si Pemerkosa Minta Stop Karena Kesakitan
“Sehingga saya khawatir seandainya saya ganggu orang yang sedang tidur itu, maka orang alim itu terbangun dan segera membetulkan sholatnya”.
Sebab peristiwa itu maka Rasulullah SAW bersabda, “Tidurnya orang alim lebih baik dari pada ibadahnya orang bodoh”. Demikian disebutkan di dalam Kitab Minhajul Muta’allimin.**