Sadarilah, Menganggur itu Ditemani Setan dan Tidak Didampingi Malaikat Rahmat, Maka Bekerjalah!

- 21 Desember 2020, 07:10 WIB
Ilustrasi malas.
Ilustrasi malas. /PIXABAY/Free-Photos/

Allah swt. menghendaki kita bekerja keras agar berkecukupan dalam hidup:

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan nyata. Lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. At-Taubah 105.

Melalui ayat ini, Allah ingin mengatakan bahwa sebagai manusia hendaknya kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Ayat ini ditujukan kepada orang beriman. Oleh karena itu jika kita beriman, maka belum lengkap hidup kita apabila hanya tepekur di masjid sepanjang hari dan memutar buah tasbih. Sebagai muslim yang ideal adalah memiliki keseimbangan hidup. Tugas sebagai hamba Allah perlu mengamalkan kepentingan akhirat dan mengerjakan kepentingan duniawi.

Baca Juga: Dewi Tanjung Soroti Kinerja Komnas HAM: Mereka Buta dan Tuli, Sibuk Ngurus Enam Teroris

Kadang-kadang kita terlalu menjaga harga diri. Namun sikap menjaga harga diri itu justru menjatuhkan harga diri. Mengapa? Karena kita memilih-milih jenis pekerjaan. Ketika ada pemulung, kita memandang pekerjaan itu tidak mulia. Ketika kita melihat tukang tambal ban, hal itu sepertinya kurang bergengsi.

Banyak sarjana yang menganggur di negeri ini karena mereka terlalu 'menjaga gengsi'. Setelah menyelesaikan kuliah mereka kembali ke kampung halaman karena takut bersaing di kota. Padahal mereka mendambakan sebagai pegawai atau karyawan yang cukup bergengsi.

Mereka menganggur di kampung halamannya. Padahal banyak pekerjaan yang seandainya ia tidak menjaga gengsi, bisa dikerjakan dan mengantarkan kepada hidup sukses.

Orang-orang semacam ini justru menjatuhkan harga dirinya di mata masyarakat. Mereka tidak bisa hidup secara mandiri tetapi membebani orang lain; menyulitkan orang lain.

Bekerja dan bekerjalah! Apa pun jenis pekerjaannya yang penting halal. Andaikata anda seorang sarjana dan sulit mencari pekerjaan sesuai dengan disiplin ilmu, maka bekerjalah apa saja.

Seorang petani lulusan SD dan Iulusan sarjana akan berbeda dalam mengelola lahan. Karena seorang sarjana mempunyai wawasan yang luas untuk mengembangkan lahan pertaniannya menjadi lebih produktif.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Buku “Bersahabat dengan Malaikat Rahmat”, karya Imam Ghazali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah