Network
Seorang pemulung yang tidak lulus sekolah dengan seorang sarjana jelas berbeda. Pemulung sarjana ia mempunyai program hidup tertata rapi. Ketika menjadi pemulung ia ingin meningkat menjadi pengepul barang-barang dari pemulung lainnya. Kemudian mengembangkan usahanya dan bekerja sama dengan perusahaan daur ulang.
Baca Juga: Viral Video Diduga Anggota BIN Terciduk Laskar FPI, Fadli Zon: ko Bisa Intelejen Ceroboh dan Gagal
Cerita ini berikut ini patut disimak. Adalah seorang lulusan sarjana IAIN jurusan syariah. la ikut tes pegawai negeri tetapi gagal. Keinginannya untuk bekerja sangat kuat. Bekerja apa saja. Ia kemudian ikut menjaga warkop (warung kopi) milik pamannya. Sedikit pun ia tak malu meskipun menjaga warung kopi.
Selama enam bulan ia mempelajari bagaimana meracik kopi dan melayani pelanggan. Ia kemudian membuka warung kopi sendiri. Karena bersungguh-sungguh dan mudah bergaul, sehingga warungnya menjadi ramai. Tidak sampai setengah tahun ia membuka warung lagi di tempat yang baru. Lima tahun kemudian ia memiliki sepuluh warung kopi dengan tiga puluh karyawan. Semua warungnya buka dua puluh empat jam. Penjaganya bekerja dengan
cara bergiliran.
Warkop (warung kopi) tampaknya sebuah usaha yang tidak bergengsi. Namun sesungguhnya dari usaha ini ia dapat mengais kekayaan yang luar biasa. Dia bisa membeli rumah, mobil, dan berangkat haji bersama keluarganya.
Kisah nyata ini hendaknya dapat kita jadikan sebagai motivasi hidup. Sesungguhnya apapun pekerjaannya, jika sukses maka kemuliaan di mata masyarakat akan meningkat. Karenanya jangan pilih-pilih pekerjaan. Sekarang juga, buanglah selimut kemalasan dan bangkit untuk bekerja. Jangan biarkan hari-hari di depan kita berlalu tanpa memberikan rejeki dan kekayaan. ***
