Buya Yahya Jelaskan Hukum Tahlilan bagi Orang yang Wafat, Mulai 3 hingga 100 Hari

- 3 Agustus 2021, 09:10 WIB
Buya Yahya Jelaskan Hukum Tahlilan Bagi Orang yang Wafat, Mulai 3 Hingga 100 Hari
Buya Yahya Jelaskan Hukum Tahlilan Bagi Orang yang Wafat, Mulai 3 Hingga 100 Hari /Youtube/Al-Bahjah TV

MANTRA SUKABUMI - Pendakwah Buya Yahya menjelaskan hukum tahlilan bagi orang yang wafat.

Buya Yahya mengungkapkan hukum tahlilan yang biasa digelar mulai 3 hari hingga 100 hari bagi orang yang sudah wafat.

Kegiatan Tahlilan adalah melakukan pembacaan serangkaian ayat Al Quran dan dzikir yang pahalanya ditujukan kepada orang yang telah wafat.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

Ketika ada keluarga atau sanak saudara yang meninggal, pihak keluarga akan mengadakan tahlilan.

Namun pada setiap daerah, kebiasaan tradisi tahlilan tersebut biasanya berbeda-beda.

Tahlilan biasanya dilakukan pada hari ke 3, 7, 40, 100, dan 1000 hari setelah seseorang meninggal dunia.

Pertanyaanya apakah hukum tahlilan dalam islam dibenarkan, serta pelaksanaannya apakah benar pada hari ke 3, 7, 40, dan 100.

Berikut penjelasan Buya Yahya terkait hukum tahlilan, Dikutip mantrasukabumi.com dari video Youtube Buya Yahya yang diunggah pada 13 Desember 2020.

Buya Yahya mengatakan bahwa tahlilan dalam bahasa fiqih berarti membaca Al-Quran, dzikir, doa yang dimaksudkan menghadiahkan pahalanya untuk orang yang meninggal.

Beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat terkait dengan tahlilan.

Ada yang mengatakan jika doa-doa yang dibacakan tersebut akan sampai kepada orang yang meninggal, dan ada juga yang mengatakan tidak sampai.

Perbedaan para ulama tersebut terkait sampai atau tidaknya doa. Bukan masalah bid'ah atau bukan.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Tahlilan bagi Orang yang Sudah Meninggal, Berikut Penjelasan Lengkap Buya Yahya

Maka, dapat disimpulkan bahwa tahlilan bukanlah sesuatu yang batil.

"Bahaya sekali jika sesuatu yang bukan bid'ah, dinyatakan sebagai bid'ah," ucap Buya Yahya.

Tata cara tahlilan umumnya berbeda-beda. Selama ini yang banyak dilakukan adalah membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, An Nas, Al Fatihah, ayat kursi, Sholawat Rasul, dan lain-lain.

Hari pelaksanaannya pun berbeda-beda dan bebas akan melaksanakan tahlil hari ke berapapun.

Dalam hitungan hari, semua memiliki makna tersendiri. Dalam Islam ada makna tersendiri terkait hari.

Dan jika ada yang mengatakan hari dalam tahlilan itu meniru budaya orang hindu, itu tidak benar.  

Meskipun Indonesia dulunya pasar Hindu, bukan berarti hari dalam tahlilan itu meniru orang hindu.

Buya Yahya mengatakan jika di Hadramaut, negeri para Habib, juga ada orang berdoa hari ketiga. Padahal disana tidak ada orang Hindu.

"Jangan mentang-mentang ada kesamaan, maka semua dihubungkan dengan meniru," tutur Buya Yahya.

Baca Juga: Buya Yahya Menjawab, Hukum Memasang Batu Nisan, Paving Block dan Menyemen Kuburan

Jadi, hitungan hari dalam tahlilan itu karena adat dan kebiasaan. Bukan meniru budaya agama lain.

Dan makanan yang dihidangkan dalam tahlilan merupakan sedekah, bukan sesajen untuk orang yang meninggal.

Setelah menyimak penjelasan dari Buya Yahya, maka disimpulkan bahwa tahlilan diperbolehkan dan hari dalam tahlilan bebas memilih hari ke berapapun.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah