MANTRA SUKABUMI - Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian belahan dunia Timur Tengah habis dilanda konflik secara bergantian.
Bahkan, di antara tokoh Timur Tengah, ada yang menyerukan jihad melalui jalur perang.
Di Indonesia hanya ada sekelompok kecil saja dari orang yang suka membahas tema-tema perang, jihad dan lain sebagainya.
Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes
Rata-rata, yang suka mengutak-atik dan berfatwa berkaitan jihad melalui jalur keras itu bersumber dari mereka yang ilmu dasar agama mereka minim.
Selebihnya, apalagi para kiai yang ilmunya mendalam secara akademik berusaha menghindari fatwa-fatwa konflik.
Di kitab-kitab salaf (klasik) yang dikaji di berbagai pesantren Indonesia, dalam urusan membahas hukum, kajian fiqih yang paling dikedepankan paling utama adalah tata cara beribadah dengan baik (ubudiyyah).
Setelah ilmu ibadah mapan, baru kemudian melanjutkan ke jenjang kajian muamalah (undang-undang transaksi), lalu bab nikah.
Setelah itu, baru dibahas jihad, dan lain sebagainya. Jihad dalam arti perang dikaji oleh santri-santri yang ilmunya sudah cukup purna.
Bukan malah mendahulukan bab jihad daripada bab shalat, dikutip mantrasukabumi.com dari akun resmi nu.or.od pada 9 Agustus 2021.