"Saya pertama menjadi kiyai tidak pernah meminta dihalalkan bagi si mayit, saya diprotes kiyai," katanya.
"Saya mikir istihlal (memintakan kehalalan bagi si mayit) itu tak berguna, orang yang bilah iyanya juga bukan orang yang menghutangi," ungkapnya.
"Alternatifnya begini, ini berdasarkan hadits sohih, yang penting Anda menjadi kekasih tuhan dulu, jadi orang bener dulu," terang Gus Baha.
"Utang memang harus dibayar, tapi kalau enggak bisa ya biarkan, namanya juga gak mampu, kalau sampai menjual rumah anak istri mu mau tinggal dimana?," jelas Gus Baha.
"Nah caranya bagaimana? ini soreh berdasarkan hadits," ungkap Gus Baha.
"Jadi Allah itu tidak bisa memaafkan utang, bahkan nabi tidak mau menyolati orang wafat yang punya utang," jelasnya.
Baca Juga: Terlilit Utang Tiongkok, 7 Negara ini Terancam Bangkrut, Indonesia Termasuk?
Baca Juga: Sempat Ditantang Debat oleh Menko Marves Soal Utang Negara, Rizal Ramli: Luhut Mundur
"Orang syahid saja kata Nabi, masih diperhitungkan amalnya kalau punya utang, apalagi jika tidak syahid," tuturnya.
"Suatu ketika Nabi datang, dan bertanya apakah dia punya utang?," tanya Nabi sebagaiman diceritakan Gus Baha.