Kata Nabi, “Ah, masak?!”
Kemudian Nabi kembali ke tempat imam dan menghadap Sahabat yang hadir ikut shalat berjamaah.
“Apakah benar yang dikatakan Zulyadain?”
“Betul, Rasulullah. Tadi Anda shalat Dhuhur hanya dua rakaat,” kata Sahabat.
Nabi tetap tenang saja, kemudian takbir lagi dan menambah dua rakaat, terus salam.
Berangkat dari cerita dalam hadis ini, orang Fikih jadi bingung dan saling bantah-bantahan juga.
Tapi tidak masalah. Dari dulu umat Islam mensifati Nabi dengan al-a’radh al-basyariyah (sifat manusiawi). Artinya, Nabi itu tidak apa-apa lupa, karena bukan Allah. Yang tidak boleh lupa itu Allah (وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا).
Jadi, ilmu seperti ini perlu dipahami. Hal ini karena Nabi itu itu juga menikah, dan bisa lupa juga.
Makanya, Nabi bersabda: “Aku ini tidak pernah lupa, tapi diberi lupa agar menjadi Sunnah.”
Nabi Muhammad kadang lucu juga. Suatu pagi beliau bertanya kepada Aisyah: