Istri Terlantar Namun Tidak Dicerai, Gus Baha: Pihak Perempuan Sering Dirugikan

- 21 November 2021, 11:30 WIB
Gus Baha ungkap perempuan yang dirugikan  atau istri terlantar namun tidak dicerai hingga dalam keadaan menggntung
Gus Baha ungkap perempuan yang dirugikan atau istri terlantar namun tidak dicerai hingga dalam keadaan menggntung /Pixabay/Victoria_Borodinova

 

MANTRA SUKABUMI – Gus Baha pada kajian Nashoihul Ibad membahas perihal perceraian rumah tangga.

Gus Baha berpendapat, seringkali perempuan menjadi pihak dirugikan oleh sebab perilaku sang suami.

Diantara maksud kerugian yang Gus Baha contohkan bukanlah rahasia umum lagi, seperti terlantarnya nasib perempuan khususnya diluar dari istri pertama.

Menurutnya acapkali dijumpai istri yang ditelantarkan namun tidak diceraikan oleh suami, maka hal tersebut diistilahkan oleh Gus Baha dengan ‘menggantung’.

“Tidak diceraikan, sering dilumat istri pertama tapi kalau diceraikan, lelakinya masih butuh ‘mainan banyak’,” ujar Gus Baha dikutip oleh mantrasukabumi.com yang dilihat dari video kanal Youtube Santri Official pada Minggu 21 November 2021.

Akhirnya hal itulah yang mendorong para ulama untuk membuat ta’liq, dengan rujukan kitab Tarsyih al Mustafidin karya Sayyid Alawi bin Ahmad.

Mengenal lebih dekat kitab Tarsyih al Mustafidin ini, memuat banyak bab yang menyoroti tentang khulu’ atau rafa’ (gugatan cerai dari istri).

Menurut Gus Baha kitab Tarsyih al Mustafidin dipakai oleh ulama, untuk mengimplementasikan sesuatu yang disampaikan Allah SWT dalam surat An Nisaa ayat 129:

وَلَنْ تَسْتَطِيْعُوْٓا اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النِّسَاۤءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلَا تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۗوَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Terjemah:

Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.

Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Lebih lanjut Gus Baha menjelaskan mengenai maksud daripada menggantung yang ia tekankan tersebut.

“Istri pertama atau kedua, atau siapa saja, itu ada potensi kamu terlantarkan seperti sesuatu yang menggantung,” ucap Gus Baha.

“Tidak berstatus seperti orang yang bersuami karena terlantar, begitu juga statusnya tidak tertalak,”sambungnya.

Patut digarisbawahi, Gus Baha memaknai bahwa Allah SWT memuliakan kaum perempuan melalui surat Al Quraan.

Bukti Allah SWT secara tegas membela kepada kaum perempuan yang tertuang dalam penggalan surat Al Baqarah ayat 231:

وَلَا تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ

Terjemah:

“Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka.”

Gus Baha pun menafsirkan ayat tersebut bahwa “Kamu jangan menahan seorang istri hanya sebagai alternatif (cadangan) sehingga kamu melewati batas,” ucapnya.

Kemudian dirinya menyimpulkan Allah SWT tidak pernah murka dalam mengatur hukum sosial, tetapi berbanding terbalik ketika mengatur hukum sosial perihal suami-istri.*

Editor: Encep Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah