Kisah itu tercantum dalam kitab al Zuhd karya Imam Ahmad bin Hambal di bawah ini:
عن أبي الجلد، عن مسلمة أَنَّ دَاوُدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وَسَلَّمَ قَالَ: إِلَهِيْ، كَيْفَ لِيْ أَنْ أَشْكُرَكَ، وَأَنَا لَا أَصِلُ إِلَى شُكْرِكَ إِلَّا بِنِعْمَتِكَ؟ فَأَوْحَى اللهُ إِلَيْهِ: يَا دَاوُدُ، أَلَسْتَ تَعْلَمُ أَنَّ الَّذِيْ بِكَ مِنَ النِّعَمِ مِنِّيْ؟ قَالَ: بَلَى، أَيْ رَبِّ، قَالَ: فَإِنِّيْ أَرْضَى بِذَلِكَ مِنْكَ شُكْرًا
Terjemah:
Dari Abu al-Jald, dari Maslamah, sesungguhnya Nabi Dawud shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
“Tuhanku, bagaimana mungkin aku bisa bersyukur kepada-Mu, sementara aku tidak akan sampai bersyukur kepada-Mu kecuali dengan nikmat-Mu juga?”
Kemudian Allah memberitahu Dawud:
“Wahai Dawud, bukankah kau tahu bahwa yang ada pada dirimu merupakan bagian dari nikmat-nikmat-Ku?”
Nabi Dawud menjawab: “Benar, wahai Tuhanku.”
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku telah meridhai syukurmu itu.”
Selanjutnya, Gus Baha menyodorkan kisah lain dari Umar bin Abdul Aziz seorang khalifah dari Dinasti Bani Umayyah.