Kisruh Pengeras Suara atau Toa Menag Gus Yaqut, Gus Baha: Dangdut Saja Boleh Keras, Masa Adzan Gak Boleh

- 28 Februari 2022, 16:50 WIB
Kisruh Pengeras Suara atau Toa Menag Gus Yaqut, Gus Baha: Dangdut Saja Boleh Keras, Masa Adzan Gak Boleh
Kisruh Pengeras Suara atau Toa Menag Gus Yaqut, Gus Baha: Dangdut Saja Boleh Keras, Masa Adzan Gak Boleh /Tangkap layar @kajian.gusbaha

MANTRA SUKABUMI - Ulama ahli tafsir Indonesia KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha pernah menyampaikan tentang pengeras suara atau toa.

Menurut Gus Baha, polemik tentang pengeras suara atau toa sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Gus Baha bahkan menjelaskan jika perbedaan pendapat telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW, karena itu tidak perlu disikapi secara berlebihan.

Baca Juga: Gus Baha Ungkap Kisah Mengharukan Isra Mi'raj: Rata-rata Ulama Berpendapat Itu untuk Menghibur Nabi Muhammad

Kisruh tentang pengeras suara atau toa kini menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat setelah keluar Surat Edaran Menteri Agama.

Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tersebut berisi tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara menuai polemik di masyarakat.

Banyak masyarakat yang menyampaikan penolakan terhadap Surat Edaran Menteri Agama tersebut karena dianggap membatasi kegiatan keagamaan umat Islam.

Kisruh semakin meluas terlebih setelah Menag Gus Yaqut mengeluarkan pernyataan yang semakin membuat suasana di tengah masyarakat panas.

"Sampeyan kalau beda pendapat biasa saja, jangan seperti orang sekarang, kalau beda pendapat ribut," ujar Gus Baha.

Menurut Gus Baha perbedaan pendapat merupakan fitrah alamiah yang pasti dialami manusia yang hidup di dunia.

"Beda pendapat itu fitrah. Tidak mungkinlah kita tidak beda pendapat, tidak mungkin," lanjut Gus Baha.

Gus Baha juga menjelaskan jika dirinya pernah ditanya tentang speaker yang ada di berbagai masjid.

"Di kampung-kampung kalau ada masjid pakai speaker, di mana-mana, saya sering ditanya, Gus, bilangin kalau adzan jangan banter-banter, membuat berisik tetangga, kalau sudah niat sholat, tidak usah adzan sudah datang," kata Gus Baha.

"Selesai kamu, yang satu, ya tidak! harus keras supaya syiar. Yang satu mengatakan sia-sia dikata-katain saja, karena yang tidak senang cuma ngata-ngatain saja, yang sudah senang tanpa adzan keras-keras maksudnya sudah sholat, kamu pilih mana?" tanya Gus Baha.

Baca Juga: Benarkah Khutbah Pakai Pengeras Suara atau Toa Tidak Sah, Gus Baha Ceritakan Sejarahnya

Gus Baha lantas menceritakan jika hal tersebut sudah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW antara Abu Bakar dan Umar.

“Abu Bakar kalau berdzikir di masjid itu lirih sekali, selirih-lirihnya. Umar kalau berdzikir sangat keras, tapi tidak menggunakan sound sistem tapi sangat keras hingga membuat ramai," ungkap Gus Baha.

Gus Baha kemudian mengatakan jawaban Abu Bakar ketika ditanya oleh Rasulullah SAW alasan berdzikir dengan suara lirih.

"Ya Aba Bakrin, kenapa kamu melirihkan suara? Saya itu malu sama Allah, Dia itu Dzat yang Maha Mendengar. Jadi, saya mengeraskan suara itu malu, seperti Tuhan butuh suara keras saja," jawab Abu Bakar, sebagaimana diceritakan Gus Baha.

"Umar ditanya kenapa kamu terlalu keras? Unar jawabnya sederhana, 'Supaya tidak mengantuk'," beber Gus Baha.

Karena itulah lanjut Gus Baha tidak ada satupun ulama yang mengatakan jika Umar afdholu min Abi Bakrin (lebih utama) karena jawaban Umar sangat sederhana.

Gus Baha menuturkan jika Rasulullah ketika para sahabatnya banyak masalah, maka mereka berdoa dengan suara keras, Rasulullah SAW kemudian bersabda.

"Kamu tidak berdoa dengan dzat yang tuli, maka kamu tidak usah keras-keras”, cerita Gus Baha dengan menukil sebuah hadits Nabi.

"Jadi, andaikan istighosah pakai sound sistem keras-keras, itu ya perlu dipertanyakan. Tuhan sudah dengar kok gegernya seperti itu ngapain," tambah Gus Baha.

"Tapi misalnya madzhab (pendapat) itu kamu pakai, lalu ada pertanyaan, “Dangdut saja keras, kenapa kalimat thayyibah tidak boleh keras? Masalah lagi," pungkas Gus Baha.***

Editor: Andriana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah