Pandangan Agama Terhadap Tradisi dan Toleransi Beragama di Bulan Suci Ramadhan

- 4 April 2022, 05:15 WIB
Pandangan Agama Terhadap Tradisi dan Toleransi Beragama di Bulan Suci Ramadhan
Pandangan Agama Terhadap Tradisi dan Toleransi Beragama di Bulan Suci Ramadhan /

Dalam konteks dakwah di Indonesia, kita harus menyadari bahwa Indonesia memiliki keragaman suku, budaya, tradisi, bahasa, dan agama. Sehingga menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mengedepankan dakwah dengan hikmah di tengah kebhinekaan Indonesia yang menjadi takdir dan sunnatullah.

Toleransi menjadi kunci terciptanya kehidupan yang damai. Perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat tidak boleh menjadi pemicu konflik akibat arogansi dan prinsip merasa paling benar sendiri.

Perbedaan-perbedaan yang ada, sudah seharusnya menjadi kekuatan untuk bersama membangun kehidupan yang harmonis penuh dengan toleransi serta tidak saling menyakiti dan menyalahkan keyakinan dan kepercayaan orang lain.

Baca Juga: Inilah Keutamaan Beri Makanan Buka Puasa kepada Orang Lain, Akan Dimudahkan Masuk Surga

Dilansir mantrasukabumi.com dari akun blogger Toriq.id pada Senin, 4 April 2022, Allah swt berfirman dalam Qur’an surat Al-An’am:

108 وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.

Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kita, umat Islam, tentang bagaimana seharusnya kita bersikap menghadapi sesembahan orang di luar Islam.

Ayat ini diturunkan saat suatu ketika orang-orang Islam mencaci-maki berhala, sesembahan orang-orang kafir, kemudian mereka dilarang Allah melalui nabi untuk tidak memaki-maki itu.

Dalam kisah yang diriwayatkan oleh 'Abd ar-Razzaq dari Qatadah ini, Allah melarang kaum Muslimin memaki berhala yang disembah kaum musyrik untuk menghindari makian terhadap Allah dari orang-orang musyrik.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah