الحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَ اْلشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَ امْتِنَانِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى ى هَذَا النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Antara Mengqodho
Antara Mengqodho’ Puasa Wajib Dan Puasa Syawal
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam khutbah kedua ini, kami hendak menjelaskan secara ringkas tentang persoalan yang sering dihadapi umat Islam yaitu tentang hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal namun belum mengganti puasa wajib yang tertinggal karena halangan syar’i di bulan Ramadhan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya, bila seorang wanita memiliki hutang puasa di bulan Ramadhan, apakah boleh baginya untuk mendahulukan puasa enam hari di bulan Syawal daripada puasa untuk mengganti hutang puasanya ataukah harus mengganti hutang puasanya terlebih dahulu?”
Beliau menjawab, ”Bila wanita tersebut punya kewajiban untuk mengqodho’ (mengganti) puasa Ramadhan maka dia tidak boleh berpuasa enam hari di bulan Syawal kecuali setelah membayar hutang puasanya.
Hal itu karena Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ ) ، رواه مسلم 1164
”Siapa yang puasa Ramadhan kemudian dia ikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti puasa setahun.” [Hadits riwayat Muslim no. 1164]