Isi Kandungan Surat Ali Imran Ayat 64, Lengkap Bacaan Arab dan Artinya

- 19 Agustus 2022, 14:10 WIB
Ilustrasi Isi Kandungan Yang Terdapat Dalam Surat Ali Imran Ayat 64 Lengkap Bacaan Arab dan Terjemah
Ilustrasi Isi Kandungan Yang Terdapat Dalam Surat Ali Imran Ayat 64 Lengkap Bacaan Arab dan Terjemah /Pexels/ Abdulmeilk Aldawsari/

Jangan kamu bersujud kepada patung-patung dan gambar-gambar serta jangan menghambakan diri kepadanya. Demikian juga Nabi Isa diutus Allah dengan membawa ajaran seperti itu. Kemudian Nabi Muhammad saw sebagai Nabi penutup, beliau diutus dengan membawa ajaran yang sama.

Di dalam Al-Qur′an terdapat firman Allah:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ

Artinya:
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur…(al-Baqarah/2: 255).

Baca Juga: Isi Kandungan Surat Ali Imran Ayat 180, Allah Perintahkan Manusia agar Berkorban Harta Benda untuk Perjuangan

Kesimpulan dari ajakan tersebut ialah: Muslimin dan Ahli Kitab sama-sama meyakini bahwa alam itu termasuk ciptaan Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menciptakan dan mengurusnya dan Dialah yang mengutus para nabi kepada mereka, untuk menyampaikan keterangan-keterangan tentang perbuatan yang diridhai dan yang tidak diridhai-Nya.

Kemudian Nabi Muhammad mengajak Ahli Kitab agar bersepakat untuk menegakkan prinsip-prinsip agama, menolak hal yang meragukan yang bertentangan dengan prinsip agama.

Maka apabila orang Nasrani mendapatkan keterangan dari ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa seperti kata-kata “Putra Tuhan” hendaklah ditakwilkan dengan takwilan yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang disepakati oleh para nabi, karena kita semua tidak akan mendapatkan di antara perkataan para nabi yang bisa diartikan bahwa sesungguhnya Nabi Isa itu tuhan yang disembah.

Kita juga tidak akan mendapatkan keterangan yang menyatakan bahwa Isa AS mengajak manusia untuk menyembah dirinya dan ibunya melainkan Nabi Isa mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Esa dan dengan ikhlas beribadah kepada-Nya.

Pada mulanya, orang Yahudi beragama tauhid, kemudian terjadilah malapetaka bagi mereka yaitu waktu mereka mengakui hukum apa saja yang ditetapkan pemimpin agama adalah sama kedudukannya dengan hukum yang datang dari Allah.

Halaman:

Editor: Riska Haryani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah