Tabi’in yang Menerima Mahar Dua Dinar Untuk Pernikahan Putrinya

- 31 Juli 2020, 10:15 WIB
ILUSTRASI pernikahan.*
ILUSTRASI pernikahan.* /Rizki Saputra//

MANTRA SUKABUMI - Para ulama tabi’in mengedepankan orang miskin yang bertaqwa, dibandingkan dengan orang kaya yang mengikuti hawa nafsu untuk dinikahkan dengan putri-putri mereka. Itu disebabkan mereka yakin bahwa kesudahan yang baik adalah bagi orang yang bertaqwa.

Seorang tokoh ulama tabi’in yaitu Sa’id bin Al Musayyib Rahimahullah memiliki seorang putri yang ketika itu adalah wanita yang paling cantik dan paling sempurna, serta paling tahu (alim) terhadap kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Suatu ketika Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan datang kepadanya melamar putrinya untuk putranya Al Walid bin Abdul Malik.

Baca Juga: Polisi Buka Kembali Kasus Yodi Prabowo? Ini Fakta Sebenarnya

Tetapi Sa’id bin Al-Musayyib tidak ragu untuk meminta maaf (menolak) lamarannya.

Hal itu karena Al-Musayyib tahu sikap al-Walid yang kasar dan selalu memperturutkan hawa nafsu.

Sa’id bin Al Musayyib kemudian kembali ke Madinah, lalu diziarahi oleh salah seorang muridnya Abdullah bin Abi Wada’ah.

Lantas Al Musayyib bertanya tentang kondisinya hingga ia mengetahui bahwa istri Abdullah bin Abi Wada’ah telah meninggal.

Baca Juga: Berkah Idul Adha, Buronan Djoko Tjandra Berhasil Ditangkap

Maka Al Musayyib berkata “Tidakkah engkau mencari wanita lain?”

“Siapakah kiranya yang sudi menikahkan putrinya denganku, sedangkan aku tidak memiliki sesuatu kecuali dua atau tiga dirham?” Jawabnya.

Sa’id bin Al Musayyib berkata,”Aku yang akan menikahkanmu.” Lalu dia pun menikahkanya dengan putrinya dengan mahar dua atau tiga dirham.

Abdullah bin Abi Wada’ah menuturkan, “Aku pun bangkit, dan aku tidak tahu akan berbuat apa lantaran amat bahagia.

Aku berjalan pulang dan mulai berfikir kepada siapa aku meminjam uang, dari siapa aku akan berhutang? Aku pun shalat Maghrib lalu beranjak ke rumah dan bersegera untuk berbuka puasa.

Baca Juga: Ditetapkan Sebagai Tersangka, Ternyata Ini Motif Jenderal Polisi Bantu Djoko Tjandra

Tiba-tiba ada yang menetuk pintu. Aku bertanya “Siapa?” Dia menjawab “Sa’id.”

Aku pun keluar untuk menemuinya, lalu berkata “Wahai Abu Muhammad (Sa’id bin Al Musayyib) sekiranya engkau mengirim utusan kepadaku, biar aku yang datang.

Dia berkata “Tidak, kamu lebih berhak untuk didatangi.” Aku berkata “Kalau begitu, apa yang engkau perintahkan?”

Ia berkata “Sesunggunya dahulu kamu seorang bujangan, maka kamu menikah.

Aku tidak mau membiarkanmu malam ini tidur seorang diri. Ini istrimu.

Baca Juga: Hadir Saat Konferensi Pers di Polresta Bandar Lampung, Vernita Syabilla: Saya Masih Utuh Berpakaian

Kemudian aku memanggil para tetangga, mereka pun datang lalu aku berkata “Sungguh, aku telah dinikahkan Sa’id bin Al Musayyib dengan putrinya hari ini!”

Lalu ibuku datang dan berkata “Wajahku haram dari wajahmu, jika kamu menyentuh istrimu sebelum aku mengarahkannya sampai tiga hari.”

Aku pun menunggu selama tiga hari, kemudian barulah aku menghampirinya.

Ternyata dia termasuk yang paling cantik, paling hafal Kitab Allah, paling faham sunnah Rasulullah, dan paling tau hak suami.

Setelah satu bulan aku bertemu dengan Sa’id bin Al Musayyib, beliau bertanya “Bagaimana keadaan putriku?” Aku menjawab “Baik, Wahai Abu Muhammad (Sa’id bin Al Musayyib) sebagaimana yang dicintai teman dan dibenci oleh musuh.”

Baca Juga: Ditetapkan Sebagai Tersangka, Ternyata Ini Motif Jenderal Polisi Bantu Djoko Tjandra

Dia berkata “Jika ada yang meragukanmu darinya, maka jangan sampai kamu memukul” Aku pun pulang ke rumahku dan dia mengirimku uang dua puluh ribu dirham.

Begitu tenang dan damai terlihat dari sosok Sa’id bin Al Musayyib akan nasib putrinya, sehinga tidak mempertanyakan secara rinci tentang keadaan putrinya, hal itu disebabkan bahwa beliau yakin bahwa putrinya bersama dengan laki-laki bertakwa yang takut kepada Allah Ta’ala.**

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x