Jelaslah bahwa pembalasan di akhirat adalah identik dengan jenis amal perbuatan itu sendiri di dunia.
Maka berbesar hatilah kalian –wahai kaum muslimin- dengan kabar gembira yang pernah disampaikan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– kepada para sahabatnya berupa kehadiran bulan Ramadhan.
Beliau mengabarkannya kepada mereka di akhir bulan Sya’ban, maka mereka pun bersiap-siap menyambut bulan yang agung ini sebaik-baiknya serta menyongsongnya dengan penuh keikhlasan kepada Allah –subhanahu wa ta’ala untuk mencari ridha-Nya.
Mereka menyambutnya dengan senang hati, lantaran Allah telah mengantarkan mereka kepada bulan yang agung ini. Firman Allah :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ [يونس/58]
“Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” Qs Yunus : 58
Penyambutan mereka dalam bentuk pertobatan atas segala dosa agar Allah –subhanahu wa ta’ala- menghapuskan dosa-dosa yang telah lampau.
Mereka menyambutnya dengan mengembalikan hak-hak sesama kepada pemiliknya agar Allah menjaga keutuhan amal kebaikan mereka dan menghapus kesalahan-kesalahan mereka.
Jamaah shalat Jum'at rahimakumullah
mengharapkan ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. HR Bukhari