Pesan Kemanusiaan dalam Haji, Ini Makna Rukun dan Setiap Ritual Haji

- 3 Agustus 2020, 06:10 WIB
Suasana ibadah haji di tengah pandemi, 29 Juli 2020.
Suasana ibadah haji di tengah pandemi, 29 Juli 2020. /AFP/*/AFP

Berikut iilai-nilai dan pesan kemanusiaan universal yang terdapat dalam setiap rukun ibadah haji yaitu:

Pertama, ibadah haji diawali dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan pakaian ihram. Seperti diketahui bahwa fungsi pakaian antara lain sebagai pembeda antara satu orang dengan orang lain atau satu kelompok dengan kelompok lain dalam hal status sosial, ekonomi atau profesi.

Baca Juga: Bacaan Takbir Hari Raya Idul Adha Hingga 13 Dzulhiijah

Pakaian khusus ihram yang telah disyariatkan memungkinkan bersatunya seluruh umat Islam dalam status yang sama, yakni jemaah calon haji. Tidak ada perbedaan status sosial dan lain-lain karena perbedaan pakaian yang dikenakan.
Hal ini menunjukkan juga bahwa seluruh manusia pada dasarnya sama di mata Allah kecuali atas dasar ketakwaannya.

Kedua, dengan memakai pakaian ihram, sejumlah larangan harus dihindari oleh jemaah haji. Ketika salah satu rukun haji tersebut dilaksanakan, Islam mensyariatkan bahwa jemaah haji dilarang menyakiti dan membunuh binatang, jangan menumpahkan darah, dan jangan mencabut pepohonan.

Lalu syariat tersebut mengandung pesan bahwa manusia berfungsi memelihara makhluk-makhluk Allah serta memberikan kesempatan seluas mungkin untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Dilarang juga memakai wangi-wangian, bercumbu atau kawin, serta berhias agar jemaah haji menyadari bahwa kehidupan manusia semata-mata materi dan nafsu birahi melainkan kondisi ruhani yang ada dalam posisi penghambaan yang kuat di sisi Allah.

Baca Juga: Ditengah Pandemi Covid-19 dan Momen Idul Adha Acha Septriasa Marah, Ada Apa

Ketiga, Ka’bah yang dikunjungi dalam momen ibadah haji juga mengandung arti dari sisi kemanusiaan bahwa salah satunya terletak hijr Islmail yang berarti pengakuan Ismail. Di sanalah Ismail putra Ibrahim pembangun Ka’bah pernah berada dalam pengakuan ibunya yang bernama Hajar, seorang perempuan hitam, miskin bahkan budak, yang konon kuburannya pun berada di tempat itu.

Dengan latar belakang tersebut, namun peninggalan Hajar diabadikan Allah agar menjadi pelajaran bahwa Allah SWT memberikan kedudukan seseorang bukan karena keturunan atau status sosialnya, tetapi kedekatannya kepada Allah dan usahanya untuk berhijrah (hajar) dari kejahatan menuju kebaikan juga dari keterbelakangan menuju peradaban.

Halaman:

Editor: Encep Faiz

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x