Pesan Kemanusiaan dalam Haji, Ini Makna Rukun dan Setiap Ritual Haji

- 3 Agustus 2020, 06:10 WIB
Suasana ibadah haji di tengah pandemi, 29 Juli 2020.
Suasana ibadah haji di tengah pandemi, 29 Juli 2020. /AFP/*/AFP

Keempat, setelah selesai melakukan ritus thawaf, jemaah haji larut dan berbaur dalam kebersamaan dengan manusia-manusia lain. Rukun ibadah haji tersebut juga memberikan kesan kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam hadirat Allah SWT. Begitu juga dengan ritual sa’i yang menggambarkan perjuangan Siti Hajar dalam upaya memperoleh penghidupan untuk anaknya Ismail yang kehausan luar biasa di tengah gurun pasir.

Usaha dan kerja Siti Hajar yang beberapa kali bolak-balik antara bukit shafa dan marwa menunjukkan bahwa kenikmatan yang diperoleh dari anugerah Allah harus didahului perjuangan dan kerja keras dari seorang manusia. Karena Allah tidak mungkin menurunkan anugerah dan rezekinya kepada manusia yang hanya berpangku tangan.

Baca Juga: Musim Kemarau Segera Tiba, Perbanyak Doa Ini

Kelima, ketika jemaah haji berkumpul di padang ‘Arafah. Tempat yang konon diriwayatkan menjadi lokasi pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa. Di tempat tersebut, seharusnya manusia menemukan ma’rifah pengetahuan tentang jati dirinya dan perjalanan hidupnya selama ini sehingga mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Di padang ‘Arafah itulah manusia diantarkan menuju laku yang ‘arif (sadar) dan mengetahui. Karena Nabi Muhammad pun menerangkan dalam sabdanya bahwa sesiapa yang mengenal dirinya, maka ia bakal mengenal Tuhannya.

Keenam, dari ‘Arafah jemaah haji menuju ke Muzdalifah kemudian ke Mina menuju rukun haji yaitu mabit dan melempar jumroh. Ritual ini dilakukan untuk memerangi perangai setan yang ada pada diri manusia.

Untuk tujuan tersebut, manusia harus mempersiapkan senjata dalam melawan setan dengan mengumpulkan batu di malam hari di Muzdalifah kemudian melampiaskan kebencian dan kemarahan mereka kepada setan dengan melemparkan batu di Mina dalam ritual melempar jumroh.

Baca Juga: Ditengah Pandemi Covid-19 dan Momen Idul Adha Acha Septriasa Marah, Ada Apa

Oleh karena itu, rukun Islam kelima itu bukan hanya ibadah yang kaitannya dengan Allah (hablum minallah), tetapi juga ibadah yang menuntut terwujudnya keshalehan sosial (hablum minannas). Sehingga dari perpaduan entitas tersebut mewujudkan kehidupan manusia yang baik.**

Halaman:

Editor: Encep Faiz

Sumber: Instagram NU Online @nuonline_id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x