8 Desember 1965 hari Kelahiran Munir Said Thalib, Aktivis HAM Alumni Universitas Brawijaya

8 Desember 2020, 11:20 WIB
8 Desember 1965 hari Kelahiran Munir Said Thalib, Aktivis HAM Alumni Universitas Bramwijaya / /Instagram.com/@parlemen.mahasiswa

MANTRA SUKABUMI - Munir Said Thalib, lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965, dan meninggal di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun. Munir Said Thalib merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara Said Thalib dan Jamilah.

Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras, dia berjuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu, seperti membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus.

Munir kuliah dan mendapat gelar sarjana dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

Baca Juga: Insiden Bentrok Penyerangan Pengikut Habib Rizieq, Polisi Kantongi Bukti Rekaman Suara

Baca Juga: Rayakan Hari Kopi Favorit di Kemeriahan 12.12 ShopeePay

Baca Juga: Bergabung Bersama Kami, Mantra Sukabumi Buka Lowongan Kerja untuk Editor, Jurnalis dan Editor Video

Sejak menjadi mahasiswa, Munir aktif dalam organisasi di lingkungan kampus, mulai dari menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Koordinator Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia pada tahun 1989.

Aktivitas organisasi lainnya, Munir merupakan anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Karier

Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia Imparsial.

Ketua Dewan Pengurus KONTRAS (2001).

Koordinator Badan Pekerja KONTRAS (16 April 1998–2001).

The Right Livelihood Award (alternative nobel prizes) dari Swedia untuk pengembangan kontrol sipil atas militer dan promosi HAM.

An Honourable Mention of the 2000 Unesco Madanjeet Singh Prize atas usahanya mempromosikan toleransi dan anti kekerasan, Paris, November 2000.

Baca Juga: Asam Urat Naik dan Kambuh Tiba-tiba? Kenali Penyebab Gejalanya Berikut Ini

Baca Juga: Haikal Hassan Baras: Tahan Jempolmu, Kecuali Menebar Kebaikan atau Mengingatkan dengan Firman-Nya

Penghargaan
Sosok Munir yang pemberani dan tangguh dalam meneriakan kebenaran membuatnya diganjar beragam penghargaan baik dalam maupun luar negeri. Munir dinobatkan sebagai:

Man of The Year (1998) versi Majalah Ummah. Penghargaan Pin Emas sebagai Lulusan Unibraw dan Satu dari 100 Tokoh Indonesia Abad XX versi Majalah Forum Keadilan.

Di luar negeri, Munir mendapat penghargaan Righr Livelihood Award (Alternative Nobel Prizes) untuk promosi HAM dan kontrol sipil atas militer.

Munir juga dinobatkan menjadi As Leader for the Millennium dari Asia Week di tahun 2000.

dan An Honourable Mention of the 2000 UNESCO Madanjeet Singh Prize atas usahanya dalam mempromosikan toleransi dan Anti Kekerasan. **

Editor: Emis Suhendi

Tags

Terkini

Terpopuler