Ali Ngabalin Minta Moeldoko Tak Diberhentikan, Rocky Gerung: Masuk Akal, Dia Juga akan Kehilangan Amplop Gaji

2 April 2021, 08:02 WIB
Rocky Gerung berikan tanggapan terkait aksi teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu, 28 Maret 2021. /Tangkapan Layar/YouTube

MANTRA SUKABUMI – Rocky Gerung akhirnya buka suara terkait pernyataan Tenaga Ahli Utama KSP, Ali Mochtar Ngabalin usai ditolaknya Partai Demokrat versi KLB.

Seperti yang diketahui sebelumnya, Ali Mochtar Ngabalin meminta agar Moeldoko tidak didesak mundur dari jabatannya sebagai Kepala Staf Presiden (KSP) usai polemik dualisme Partai Demokrat.

Rocky Gerung menilai bahwa permintaan Ali Mochtar Ngabalin tersebut masuk akal.

 Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Nama Presiden Jokowi Kian Melambung dan Publik Percaya Bahwa Indonesia Bisa Jadi Negara Maju Dipimpinnya

Sebab, menurut Rocky Gerung, jika Moeldoko diberhentikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari jabatan KSP, maka Ali Mochtar Ngabalin akan ikut ‘kehilangan kartu nama dan amplop gaji’.

Hal itu disampaikan Rocky Gerung pada video yang diunggah di kanal YouTube resmi miliknya pada Jumat, 02 April 2021.

“Masuk akal sih yang diminta oleh Ngabalin, karena kalau disurvei akhirnya Presiden bilang ya, dia diberhentikan saja, yang diberhentikan bukan cuma Moeldoko, Ngabalin juga kehilangan kartu nama kan,” kata Rocky Gerung, seperti dilihat mantrasukabumi.com dari video di kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Jumat, 02 April 2021.

“Kalau kehilangan kartu nama, artinya kehilangan amplop gaji atau amplop insentif-insentif. Yang resah justru saudara Ngabalin, karena buntutnya panjang,” lanjutnya.

 Baca Juga: Waspada, Tak Hanya Perlambat Detak Jantung, Sering Makan Buah Pepaya Ternyata Dapat Timbulkan 3 Penyakit ini

Rocky Gerung menilai bahwa Ali Mochtar Ngabalin langsung merespon dengan beranggapan bahwa Moeldoko akan dipecat, meski opini mengenai hal tersebut belum tersebar.

“Jadi respon dianya sudah dipecat, sebelum kuesioner disebar aja udah minta dipecat,” katanya.

“Sekarang ada orang dalam yang minta dipecat. Lho bagaimana jangan minta, orang udah putuskan kok jangan minta,” tegasnya.

Mengenai pernyataan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly yang menegaskan bahwa polemik dualisme Partai Demokrat telah usai, Rocky Gerung menilai bahwa sudah timbul semacam penolakan terhadap keputusan hukum

“Jadi sudah timbul semacam penolakan terhadap keputusan hukum sekalipun, padahal hukumnya sudah bilang batal karena ketidaklengkapan,” jelasnya.

 Baca Juga: Belum 1 Tahun Jadi Saksi Pernikahan, Ketua DPRD DKI Jakarta Harus Lihat Istri Anak Sahabatnya Tak Bernyawa

“Tapi sekali lagi, sensasi dari hukum itu kan dari ada dalam dimensi politiknya,” tambahnya.

Lebih lanjut, pengamat politik serta filsuf tersebut mengatakan bahwa seluruh dunia telah mengutuk aksi yang dilakukan oleh KSP Moeldoko, yang dinilai telah mencoba mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat.

“Seluruh dunia mengutuk kok, bukan cuma Indonesia yang disurvei, disurvei ke Australia dan Washington Post juga begitu, bahwa ini dianggap sebagai tindakan yang tidak etis,” ujarnya.

Lantas, Rocky Gerung mengatakan bahwa Ali Mochtar Ngabalin perlu melihat survei dari dunia internasional terhadap Moeldoko.

Sebab, Rocky Gerung menilai bahwa responden dalam negeri sudah pasti menginginkan Moeldoko diberhentikan dari jabatannya sebagai KSP.

“Sebetulnya Ngabalin mesti survei luar negeri aja, responden luar negeri maunya apa,” katanya.

“Kalau responden dalam negeri, udah pasti menginginkan Moeldoko berhenti, diberhentikan,” pungkasnya.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler