Jokowi Dihadapan Presiden AS Joe Biden Tegaskan Tiga Pemikiran Terkait Isu Perubahan Iklim

23 April 2021, 08:43 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim dan miliki cara jitu perlambat perubahan iklim. /Humas Kemensetneg

MANTRA SUKABUMI – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Leaders Summit on Climate secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 22 April 2021.

Dalam kesempatan kali itu, Presiden Jokowi mengucapkan, apresiasi terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut secara virtual di tengah wabah global COVID-19. Mengingat, isu perubahan perubahan iklim sangat penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan alam di masing-masing negara.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia sangat serius dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata. Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menyampaikan tiga pemikiran terkait dengan isu perubahan iklim.

Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT

Baca Juga: Dibangun dengan Investasi Lebih Dari 4 Triliun di Jual Rp824 Milyar, Said Didu: Sudah Terjadi Obral Jalan Tol

"Terima kasih yang mulia Presiden Biden atas penyelenggaraan KTT ini dampak perubahan iklim sangat nyata di hadapan kita.  COVID-19 dan resesi global membuat tantangan semakin kompleks," kata Presiden Jokowi yang dikutip mantrasukabumi.com dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden pada Jumat, 23 April 2021.

Berikut tiga pemikiran terkait dengan isu perubahan iklim yang disampaikan Presiden Jokowi dihadapan leh 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional.

Pertama, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia sangat serius dalam pengendalian perubahan iklim dan mengajak dunia untuk melakukan aksi-aksi nyata.

Baca Juga: Waspada, Jangan Komsumsi Timun Berlebihan, Karena Efek Sampingnya Dapat Timbulkan 4 Penyakit Berbahaya ini

Sebagai negara kepulauan terbesar dan pemilik hutan tropis, penanganan perubahan iklim adalah kepentingan nasional Indonesia. Melalui kebijakan, pemberdayaan, dan penegakkan hukum, laju deforestasi Indonesia saat ini turun terendah dalam 20 tahun terakhir.

"Penghentian konversi hutan alam dan lahan gambut mencapai 66 juta hektare, lebih luas dari gabungan luas Inggris dan Norwegia. Penurunan kebakaran hutan hingga sebesar 82 persen di saat beberapa kawasan di Amerika, Australia, dan Eropa mengalami peningkatan terluas," ujar Jokowi.

Kedua, Presiden Jokowi mengajak para pemimpin untuk memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik.

Baca Juga: Tanggapi Pertemuan AHY dan Presiden PKS, Ferdinand: Saya Tertawa dengan Pelawak-pelawak Demokrasi ini

Menurut Presiden Jokowi, Indonesia telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional (nationally determined contributions/NDC) untuk meningkatkan kapasitas adaptasi dan ketahanan iklim.

"Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan," imbuhnya.

Ketiga, untuk mencapai target Persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, Presiden Jokowi memandang bahwa kemitraan global harus diperkuat. Kesepahaman dan strategi perlu dibangun di dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow.

Baca Juga: Kapal KRI Nanggala 402 Belum Ditemukan, Natalius Pigai: Saya Punya Argumentasi Kritis Namun Saya Tahan

Indonesia sendiri sedang mempercepat pilot percontohan net zero emission antara lain dengan membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi yang terbesar di dunia.

"Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis. Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," jelas Jokowi.

Selain itu, peluang besar juga terbuka bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, dan kendaraan listrik. Presiden Jokowi menegaskan bahwa presiden Indonesia untuk G20 di 2022 akan memprioritaskan penguatan kerjasama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Jawaban Ustadz Yusuf Mansur Soal Kezaliman pada Habib Rizieq: Saya Ga Paham, Makanya Saya Doa

"Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik. Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global yang nyata, dan bukan saling menyalahkan, apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan," tandas Kepala Negara.

KTT Leaders Summit on Climate ini dibuka secara resmi oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. Konferensi ini diikuti oleh 41 kepala negara/kepala pemerintahan/ketua organisasi internasional.

Turut mendampingi Presiden secara langsung dalam KTT tersebut yaitu Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar. Sementara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mendampingi secara virtual.***

Editor: Robi Maulana

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler