Sejarah Singkat Sumpah Pemuda, Peringati Hari Sumpah Pemuda 2021

25 Oktober 2021, 10:25 WIB
Intip sejarah singkat diperingatinya Hari Sumpah Pemuda sebagai hari bersejarah di tanggal 28 Oktober 2021 di Indonesia /museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id.

MANTRA SUKABUMI - Rakyat Indonesia mulai memiliki kesadaran untuk bersatu melawan penjajah, hal tersebut terjadi pada tahun 1928.

Kemudian di berbagai wilayah, pemuda Indonesia mulai membentuk perkumpulan dan menentang penjajah.

Rasa kebangsaan Indonesia dan persatuan Indonesia mulai menjadi cermin dari rasa bangga, rasa memiliki cita-cita tinggi untuk Indonesia merdeka.

Baca Juga: Duel Sengit 2021, Tokopedia vs Shopee: Mana Jawara Marketplace Sesungguhnya?

Maka terbentuk Ikrar yang digagas oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia atau PPPI, dan dihadiri oleh organisasi pemuda lainnya.

Ikrar tersebut kemudian melahirkan sebuah sumpah yang dibawa pemuda-pemudi Indonesia.

Sehingga sumpah pemuda berarti janji para pemuda yang diucapkan saat kongres pemuda II di Jakarta, 28 Oktober 1928.

Maka Sejarah Sumpah Pemuda adalah sebuah Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).

PPPI adalah sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.

Maka Atas inisiatif PPPI tersebut, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Dari ketiga pertemuan dan rapat tersebut maka menghasilkan Sumpah Pemuda.

Baca Juga: Ini Spesifikasi dan Estimasi Harga Xiaomi Mi 11 Ultra Layar AMOLED 6.81 Inci dan RAM Besar serta Kompetitor

Dikutip mantrasukabumi.com dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, berikut sejarah singkat Sumpah Pemuda.

RAPAT PERTAMA, GEDUNG KATHOLIEKE JONGENLINGEN BOND

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.

Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

RAPAT KEDUA, GEDUNG OOST-JAVA BIOSCOOP

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan.

Selain itu harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Baca Juga: Boleh Poligami Asal Niatnya Bukan Harta, dr Aisyah Dahlan: Sesuai Syariat Islam dan Ikuti Ajaran Nabi Muhammad

RAPAT KETIGA, GEDUNG INDONESISCHE CLUBHUIS KRAMAT

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman.

Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres.

Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.

***

Editor: Encep Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler