Suhu di Bandung Raya terasa Dingin, Begini Penjelasan BMKG

7 April 2022, 09:30 WIB
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu menyatakan bahwa beberapa terakhir ini suhu di wilayah Bandung Raya terasa dingin /*/mantrasukabumi.com/Pixabay/iqbalnuril

MANTRA SUKABUMI - Akhir akhir ini, warga Bandung Raya merasakan suhu udara lebih dingin dari biasanya, terutama pada malam hingga pagi hari.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu dalam keterangannya mengatakan dalam 1 minggu terakhir, suhu di wilayah Bandung Raya memang terasa dingin.

Walaupun secara observasi suhu minimum kota Bandung ada pada kisaran antara 20 derajat Celcius hingga 21 derajat Celcius.

Baca Juga: BMKG Turunkan Tim Hilal Penentuan Awal Ramadhan 1443 H di POB Cibeas Simpenan Sukabumi Begini Persiapannya

"Padahal temperatur minimum kota Bandung dapat mencapai 18 derajat Celcius pada musim kemarau," ungkapnya. "Kondisi ini dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan," sambungnya.

Dijelaskan Teguh, berdasarkan pantauan dan analisis yang dilakukan oleh BMKG Bandung, cuaca dingin yang dirasakan oleh masyarakat disebabkan oleh 2 faktor.

"Adanya proses pendinginan evaporatif (Evaporative Cooling), bulan April secara empiris merupakan akhir musim hujan di wilayah Bandung Raya," jelasnya.

"Namun demikian curah hujan yang terjadi lebih tinggi dibandingkan curah hujan pada periode DJF. Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosfer lokal," bebernya.

Masih kata Teguh, tentu saja proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi. Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas.

"Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif. Pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air," terangnya.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Gempa Bumi Melanda BAYAH-BANTEN Hari Ini 12 Maret 2022, BMKG: Waspada Gempa Susulan

"Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi. Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin," imbuhnya.

Faktor selanjutnya, kata Teguh pengaruh gangguan pusat tekanan rendah, Hangatnya suhu muka laut wilayah Indonesia (IMC) akibat La Nina berkepanjangan, menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar IMC menjadi meningkat.

"Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang oleh karena adanya zona konvergensi di sekitar wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya. Tingginya kecepatan angin menyebabkan suhu yang dirasakan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan suhu terukur," ucapnya.

Untuk itu, Teguh menghimbau masyarakat untuk selalu waspada pada akhir musim hujan menuju musim peralihan, karena potensi bencana hidrometeorologi juga meningkat.

"Terutama potensi kejadian angin kencang atau puting beliung dan hujan es. Selain itu perubahan cuaca yang dinamis juga patut diwaspadai karena dapat menyebabkan menurunnya stamina atau imunitas tubuh," pungkasnya.***

Editor: Neng Siti Kulsum Ayunengsih

Tags

Terkini

Terpopuler