Viral Buaya Titisan Siluman Dikubur Dengan Ritual Khusus, Ini Faktanya

7 Agustus 2020, 13:45 WIB
Buaya yang yakini Titisan Siluman.* /

MANTRA SUKABUMI - Kepercayaan terhadap hal-hal berbau mistis masih terjadi di beberapa lingkungan masyarakat Indonesia. Hal tersebut sejatinya sudah berlangsung sejak lama, namun keberadaannya tidak bisa dilepaskan hingga abad modern saat ini.

Termasuk kepercayaan masyarakat terhadap benda-benda atau makhluk yang merupakan titisan siluman atau makhluk gaib lainnya.

Belakangan ini terjadi di Desa Kayu Besi Bangka Kepulauan Bangka Belitung. Mereka meyakini seekor buaya yang ditangkap merupakan titisan siluman hingga dikubur dengan ritual khusus.

Baca Juga: Aurel Dituduh Punya Video Porno oleh Bocah SD, Ini Reaksi Ashanty

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Desa Kayu Besi Junaidi, bahwa buaya tersebut dipotong, kemudian dibungkus kain kafan dan dikubur di lokasi terpisah. Hal itu dilakukan karena masyarakat khawatir buaya yang dipercayai sebagai siluman itu hidup lagi.

"Ada pawang yang mengiringi penguburan dengan ritual, karena buaya itu telah mengganggu manusia. Jadi dianggap sudah menyalahi kodratnya," kata Junaidi kepada awak media seperti dikutip Mantra Sukabumi dari rri.co.id, Jumat (07/08/2020).

Adapun buaya tersebut diduga mati karena faktor kelelahan setelah ditangkap warga menggunakan umpan monyet pada Senin lalu. Seorang warga bernama Tarmizi membenarkan adanya ritual penguburan buaya di kalangan masyarakat pedesaan.

Baca Juga: China-Militer AS Lakukan Pembicaraan Genting Untuk Hindari Konflik Laut China Selatan dan Taiwan

"Masyarakat meyakini ada kerajaan buaya. Dengan manusia ada perjanjian tidak boleh saling mengganggu," ujar Tarmizi.

Ritual penguburan buaya yang diperkirakan telah berumur 50 tahun itu menarik perhatian warga.
Sebelumnya, informasi mengenai keberadaan buaya raksasa itu menjadi viral di media sosial.

Video yang beredar memperlihatkan saat bangkai buaya tersebut dibawa menggunakan buldoser melewati jalan raya. Kepercayaan masyarakat setempat Sejarawan sekaligus budayawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, gangguan yang terjadi atas kemunculan buaya biasanya disebabkan karena ada kesalahan atau ulah manusia.

Baca Juga: Kabar Gembira Gaji 13 PNS dan Pensiun Bakal Cair Senin 10 Agustus 2020, Segini Besarannya

Mantan Kepala Dinas Pariwisata ini menuturkan, apabila gangguan sudah menyangkut kepentingan seluruh warga kampung yang memanfaatkan sungai, maka perlu diadakan upacara taber sungai.

Selain itu, ada kepercayaan bahwa pada tiap-tiap lubuk atau bagian sungai yang lebar dan dalam biasanya dihuni oleh seekor buaya besar yang disebut puaka.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler