Sejarah Singkat Hari Pahlawan Nasional 10 November 2020, Kenang Jasa Pahlawan Usir Penjajah

10 November 2020, 05:10 WIB
Sejarah Singkat Hari Pahlawan Nasional 10 November 2020, Kenang Jasa Pahlawan Usir Penjajah /ANTARA/.*/ANTARA

MANTRA SUKABUMI - Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah 75 tahun merdeka sejak 17 Agustus 1945 silam.

Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan para pahlawan yang berjuang untuk memerdekakan NKRI dari penjajah.

Indonesia setelah merdeka masih banyak hambatan dan rintangan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat Dengan ShopeePay Deals Rp1

Baca Juga: Yusril Ihza Mahendra Angkat Bicara Soal Deklarasi Partai Masyumi, Begini Tanggapannya

Salah satu hari yang bersejarah dalam perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia yakni tanggal 10 November.

10 November menjadi tanggal yang bersejarah untuk Bangsa Indonesia, selama perjalanan Bangsa Indonesia setelah Kemerdekaan.

Tanggal 10 November, selain peristiwa melawan para penjajah juga identik dengan sebuah pidato dari Bung Tomo yang diakhisi dengan seruan kalimat takbir.

10 November saban tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan, lantaran didasari oleh Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional.

Baca Juga: Wajib Tahu Malaikat Rahmat Tidak Akan Masuk jika di Dalam Rumah ada 20 Hal Berikut Ini

Dikutip mantrasukabumi.com dari Pikiran-Rakyat.com pada Selasa, 10 November 2020 dijatuhkannya tanggal 10 November sebagai peringatan Hari Pahlawan lantaran pada tanggal tersebut terjadi peristiwa pertempuran antara warga Surabaya dengan tentara Belanda.

Kendati Indonesia melalui Soekarno telah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, situasi Tanah Air belum stabil.

10 November 1945 merupakan salah satu tanggal bersejarah, lantaran terjadi pertempuran besar pascakemerdekaan, yang dikenal juga sebagai pertempuran Surabaya.

Usai proklamasi pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera Indonesia dikibarkan di seluruh wilayah Tanah Air.

Baca Juga: Tidak Akan Masuk Surga Tanpa Hisab bagi Orang yang Tidak Minta Diruqyah, Berikut Penjelasannya

Gerakan pengibaran bendera tersebut dilaporkan meluas ke seluruh wilayah, salah satunya di Surabaya.

Tentara Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Tugas mereka melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya, membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan.

Hal tersebut memantik kemarahan warga Surabaya, lantaran menilai bahwa Belanda telah menghina kemerdekaan Indonesia dan melecehkan Sang Saka.

Baca Juga: Sering Dianggap Jorok, Mandi 1 Kali Sehari Ternyata Baik untuk Kesehatan Tubuh, Ini Alasannya

Tak hanya itu, mereka melayangkan protes dengan berkerumun di depan Hotel Yamato.

Mereka juga meminta bendera Belanda diturunkan untuk diganti mengibarkan bendera Indonesia.

Pada 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan berakhir meruncing, lantaran Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan tersebut.

Hingga mengakibatkan Ploegman, pemimpin organisasi Indo Europesche Vereniging (IEV) yang diangkat NICA menjadi Wali Kota Surabaya tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh.

Baca Juga: Ketua PP Lesbumi NU, Agus Sunyoto: Tak Akan Ada 10 November Tanpa Kejadian 22 Oktober

Sementara itu, Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek bagian biru bendera Belanda sehingga bendera tersebut serupa bendera Indonesia.

Pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata.

Namun keesokan harinya, keduanya bentrok dan menyebabkan pimpinan tentara Inggris, Brigadir Jenderal Mallaby, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya diledakan oleh milisi.

Pengganti Mallaby yang tewas, Mayor Jenderal Robert Mansergh, mengeluarkan ultimatum, ihwal kepemilikan senjata.

Baca Juga: Begini Cara Hafal Al-Quran, Bisa Hafal 1 Halaman hanya Butuh Waktu 30 Menit

Bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan.

Tepat 9 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum kepada warga Surabaya yang berisi tuntutan agar warga Surabaya menyerahkan semua senjata kepada tentara Sekutu sebelum jam 6.00 pagi pada tanggal 10 November 1945.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman Pikiran-Rakyat.com dengan judul Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2020, Ini Sejarah Singkatnya

Namun, ultimatum tersebut ditolak oleh warga Surabaya. Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November.

Baca Juga: Joe Biden Dianggap Palestina Bukan Seorang Penyelamat Keterpurukan

Baca Juga: Alhamdulillah, Bantuan BSU BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2 Hari Ini Cair Rp1,2 Juta

Perang antar kedua kubu berlangsung sekira tiga minggu, merenggut ribuan korban jiwa di pihak Indonesia.

Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya kala itu antara lain Bung Tomo, KH Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.

Melalui siaran-siaran radionya, Bung Tomo menggelorakan semangat perjuangan rakyat Surabaya.**(Irwan Suherman/Pikiran-Rakyat.com).

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler