MANTRA SUKABUMI - Tokoh Muhammadiyah yang juga merupakan tokoh nasional Ahmad Syafii Maarif atau yang akrab disapa Buya Syafii angkat bicara terkait fenomena habib.
Menurut Buya Syafii, budaya atau kebiasaan masyarakat yang mendewa-dewakan habib merupakan perbudakan spiritual.
Hal itu disampaikan Buya Syafii menanggapi fenomena yang terjadi saat ini, dimana masyarakat taqlid buta terhadap habib.
Baca Juga: Disebut Ajak Perang Berdarah, Sekjen HRS: Fitnah Itu, Habib Rizieq Adalah Ahlussunnah wal Jamaah
Baca Juga: Pangdam Copot Baliho Habib Rizieq, Sudjiwo Tedjo: Harusnya Serdadu Juga Turun Berantas Korupsi
"Bagi saya mendewa-dewakan mereka yang mengaku keturunan Nabi adalah bentuk perbudakan spiritual," tulis Buya Syafii melalui akun Twitter miliknya sebagaimana dilihat mantrasukabumi.com pada Senin, 23 November 2020.
Buya Syafii menjelaskan, Presiden RI pertama Soekarno juga pernah mengkritik keras kebiasaan yang dianggapnya tifak sehat ini.
Bagi saya mendewa-dewakan mereka yang mengaku keturunan Nabi adalah bentuk perbudakan spiritual. Bung Karno puluhan tahun yang lalu sudah mengeritik keras fenomena yang tidak sehat ini. Ahmad Syafii Maarif pic.twitter.com/gcRTK2olxL— Serambi Buya (@SerambiBuya) November 21, 2020
"Bung Karno puluhan tahun yang lalu sudah mengeritik keras fenomena yang tidak sehat ini," lanjutnya.
Buya Syafii juga mengingatkan bahwa seluruh gelar apapun itu mulai dari gelar habib hingga sultan atau raja yang dianggap suci akan runtuh dengan sendirinya.
Baca Juga: Mengejutkan, Selain Lurah Petamburan, Kapolsek dan Wakapolsek Metro Tanah Abang Positif Covid-19
Baca Juga: Sekjen Muhammadiyah Respon Penurunan Baliho Habib Rizieq: Sependek yang Saya Tahu, TNI Hanya Bantu
Runtuhnya berbagai gelar tersebut menurut Buya Syafii dengan penegasan ayat Alquran.
"Gelar habib, dan 1.001 gelar lain yg mengaku keturunan nabi, atau keturunan raja, hulubalang/keturunan bajak laut, perompak lanun yg menjadi raja, sultan, dianggap suci oleh sebagian orang akan runtuh berkeping berhadapan dgn penegasan ayat Al-Qur’an," pungkasnya.**