"Terkait kepentingan publik dan pada situasi kondisi wabah, maka otoritas kesehatan -imho- juga wajib tahu,"
Baca Juga: Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati, Lakukan 3 Hal Ini Agar Asam Urat Anda Tidak Naik
Baca Juga: Umat Muslim Wajib Tahu, Beginilah Cara Rasulullah SAW Hadapi Masalah yang Dihadapinya
Andi Khomeini menambahkan, hal tersebut bukan untuk diramaikan, tetapi untuk menolong dan kepentingan pasien juga masyarakat luas, tetapi tetap disikapi dengan bijak dan tenang.
"Tahu untuk apa? Untuk menolong. Untuk kepentingan pasien & masyarakat luas,"
"Tidak untuk diramaikan. Tapi untuk disikapi dengan bijak & tenang. Bahas substansinya,"
Data mengenai pasien itu termasuk suatu bentuk rahasia medik. Bukan untuk konsumsi publik.
Kecuali ada hal yang membolehkannya dibuka. Atau pasiennya sendiri yang menyampaikan. Cmiiw.
Itu sebab saat dokter diskusikan sebuah kasus, nama pakai inisial, foto di-blur, dll.— dr. Andi Khomeini Takdir (@dr_koko28) November 28, 2020
Menurutnya, respon darinya bukan hanya terkait hasil tes Habib Rizieq Shihab, namun seluruh jajaran masyarakat.
Dia juga mengatakan bahwa bisa saja masalah ini telah selesai, namun karena tergolong sensitif, sengaja dibahas berjilid-jilid.
"Ini saya gak hanya beri respon terkait pasien & faskes dekat Jakarta. Bisa jadi masalah sebenarnya sudah selesai, tapi karena sensitif dan menaikkan rating jadi potensial dibahas berjilid-jilid," ungkap Andi Khomeini.
"Saya rasa perlu beri respon juga untuk orang-orang yang “kepoin” diagnosis orang lain," tambahnya.