"Sedangkan yang terjadi di USA sekarang, massa adalah pendukung presiden diktator yang kalah dalam pilpres. Beda, jauh," lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan pendukung Donald Trump memenuhi kawasan Gedung Capitol, Amerika Serikat pada Rabu, 06 Desember 2021.
Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk membatalkan kekalahan Trump dalam pemilihan Presiden AS, serta memaksa Kongres untuk menangguhkan pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Mereka mengobrak abrik kantor dan menerobos lorong-lorong hingga memaksa pihak kepolisian melakukan evakuasi terhadap anggota parlemen.
Baca Juga: Cukup Masukan Nomor NIK, ID DTKS atau Nomor KIS, Anda Sudah Bisa Cek BST Rp300 Ribu, Simak Caranya
Kepolisian Washington melaporkan seorang wanita tewas setelah tertembak dalam kekacauan itu. Sementara itu, FBI mengatakan pihaknya telah melucuti dua perangkat yang dicurigai merupakan peledak.
Aksi demonstrasi di kawasan Capitol merupakan puncak protes yang meningkat selama berbulan-bulan setelah pemilihan Presiden yang digelar pada 3 November 2020.
Demontrasi tersebut dipicu oleh Trump yang berulang kali membuat klaim palsu bahwa pemungutan suara itu telah dicurangi, serta mendesak para pendukungnya untuk membantunya membalikkan kekalahannya.
Kekacauan tersebut bermula saat Trump menolak komitmen untuk transfer kekuasaan secara damai.
Baca Juga: Tanggapi Kericuhan di Amerika Serikat, Tsamara Amany: Presiden Buruk bagi Demokrasi