"Ketiga, "post-truth politics" (politik yg tdk berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis & berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual)", tulis SBY.
Ketiga, "post-truth politics" (politik yg tdk berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis & berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual). *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
Lebih lanjut, SBY mengatakan bahwa dalam setiap kompetisi pasti ada yang menang dan kalah, meski berat, siapapun yang kalah sudah seharusnya menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada yang menang.
"Keempat, tiap pemilu ada yg menang, ada yg kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yg kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kpd yg menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg", katanya.
Keempat, tiap pemilu ada yg menang, ada yg kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yg kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kpd yg menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg. *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
"Kelima, kali ini pergantian kekuasaan yg damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian & permusuhan. Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan", ujar SBY menambahkan.
Baca Juga: Temui Tokoh Kharismatik Ini, Wishnutama: Sejak Dulu Saya Memang Penggemar Beratnya
Kelima, kali ini pergantian kekuasaan yg damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian & permusuhan. Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan. *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
SBY juga menjelaskan bahwa sebagaimana diketahui jelang pelantikan Joe Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat.
"Keenam, jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade & dlm pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dr luar, spt biasanya, tapi "teroris domestik". Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump", ujarnya.
Keenam, jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade & dlm pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dr luar, spt biasanya, tapi "teroris domestik". Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump. *SBY*— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021
Namun Presiden ke 6 itu juga mengatakan dalam setiap krisis selalu ada pahlawannya, dirinya respek pada Wapres Mike Pence yang menunjukkan karakter kesatria dengan menerima hasil Pilpres lalu meskipun kalah.
"Ketujuh, setiap krisis selalu ada pahlawannya. Saya respek kpd Wapres Mike Pence yg tunjukkan karakter kesatrianya dgn menerima hasil Pilpres yg lalu meskipun kalah. Dia tolak “perintah” Trump utk ubah hasil pemilu krn tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi", kata SBY.
Baca Juga: Terharu, Jelang Purnawirawan Kapolri Idham Azis Berikan Hadiah Kepada Anggotanya