MANTRA SUKABUMI - Aksi terorisme yang terjadi di Gereja Katedral Makasar menyisakan banyak perdebatan. Dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa aksi terorisme tidak ada hubungannya dengan agama, bahkan politisi partai Gelora menyatakan bahwa terorisme jangan diberi label arab atau label agama.
Menanggapi hal ini, Guntur Romli tak setuju jika ada pihak-pihak yang menyebut bahwa terorisme itu tidak ada hubungannya dengan agama.
Guntur Romli menilai, teroris bukan hanya punya agama, tetapi menjadikan agamanya sebagai pembenaran dan alat teror.
Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay
Baca Juga: Ahli Telematika Tertawakan Klarifikasi Soal Bantahan Posisi Duduk Gibran saat Bersama Menteri PUPR
"Teroris di sini bukan hanya punya agama, bahkan menjadikan agamanya sebagai pembenaran dan alat teror!," cuit Guntur Romli, dikutip mantrasukabumi.com, dari akun twiternya, Senin, 29 Maret 2021.
Teroris di sini bukan hanya punya agama bahkan menjadikan agamanya sebagai pembenaran & alat teror!— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) March 29, 2021
Guntur Romli juga menyebut bahwa ada teroris yang tidak punya agama, bahkan membenci agama.
"Adakah teroris yang tidak beragama? Ada! Bahkan benci agama. Terorisme berdasarkan suatu ideologi. Tapi kalau di sini agama memang dijadikan pembenaran, bahkan kekuatan ledak terorisme. Ini juga tidak bisa dipungkiri," ujarnya.
Menurutnya, sebagai tindakan kejahatan, terorisme memang tidak ada hubungannya dengan agama.
"Tapi kalau dikaitkan dengan motif, yang salah satunya adalah ideologi, di sini agama bisa dimasukkan bila dipakai sebagai ideologi teroris, di sini memang ada doktrin-doktrin Islam dipakai oleh teroris sebagai ideologi teror," ucap aktivis muda NU ini.
"Jihad, Qital, Kafir, Thaghut, hukum Allah, hukum Jahiliyyah, dan lain-lain, adalah doktrin-doktrin Islam yang disalahgunakan oleh kelompok teroris untuk ideologi teror," sambungnya.
Dirinya menambahkan, kalau hanya melihat aksi teror tidak berhubungan dengan agama, yang bisa masuk dalam salah satu motif ideologi, dirinya pun mempertanyakan lantas apa bedanya terorisme dengan kejahatan yang lain.
"Terorisme dilihat acara spesifik karena ada motif, baik ideologi, politik, dan gangguan keamanan. Ini kalau mau komprehensif," tuturnya.
Guntur menambahkan, bahwa pernyataan Denial ini justru menjadi pembenaran dan membantu teroris untuk kembali melancarkan aksinya.
"Karena teroris di sini menjadikan agama sebagai pembenaran, maka sikap 'denial' itu justru membantu teroris, seperti ada pencuri/orang jahat yang masuk ke rumah kita, saat ada yang nyari-nyari dan penegak hukum, kita malah bilang, tidak ada pencuri/orang jahat di sini," tutur Guntur.
Krn teroris di sini menjadikan agama sbg pembenaran maka sikap "denial" itu justeru membantu teroris, sprt ada pencuri/orang jahat yg masuk ke rumah kita, saat ada yg nyari2 & penegak hukum, kita malah bilang: tidak ada pencuri/orang jahat di sini.— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) March 29, 2021
Oleh karena itu, Guntur Romli pun merasa gemas saat ada pihak-pihak yang menyebut bahwa aksi terorisme tidak ada hubungannya dengan agama.
Baca Juga: Guru Besar UI Sebut Larangan Mudik Bisa Sebabkan Ekonomi Daerah Semakin Terpuruk
"Rada lucu dan bikin gemas bilang terorisme tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama. Padahal mereka melakukan aksinya dengan pakai doktrin-doktrin agama sebagai pembenaran," tuturnya.
Rada lucu & bikin gemes bilang terorisme tdk ada hubnya sama sekali dgn agama, pdhal mrk melakukan aksinya dgn pakai doktrin2 agama sbg pembenaran tp di sini lain, makanan kucing, kulkas, panci, rantang, wajan, tisu toilet, cat tembok dll malah dikasi label2 agama/label halal— Mohamad Guntur Romli (@GunRomli) March 29, 2021
Seperti diketahui, bahwa aksi terorisme menurut denial tidak ada hubungannya dengan agama dan Fahri Hamzah pun berkomentar bahwa jangan menggunakan label yang berbau agama untuk teroris.
Hal ini mendapat bantahan dari aktivis muda NU Guntur Romli bahwa tidak sepakat denhan pernyataan bahwa teroris tidak ada hubungannya dengan agama, hal ini bisa memicu teroris melancarkan aksinya kembali.***