Dari Padusan di Jawa hingga Lentera Fanoos di Mesir, Berikut Tradisi Sambut Ramadhan di Berbagai Penjuru Dunia

- 11 April 2021, 14:53 WIB
Tradisi Padusan di Jawa, Indonesia
Tradisi Padusan di Jawa, Indonesia /

MANTRA SUKABUMI – Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, tentunya setiap daerah memiliki tradisi unik tersendiri dalam menyambut bulan penuh karunia tersebut.

Di Indonesia sendiri, khususnya pulau Jawa, ada tradisi padusan yang memiliki makna filosofis menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Sementara itu di Mesir, bulan Ramadhan biasanya disambut dengan warna-warni cahaya dari lentera fanoos, untuk melambangkan rasa bahagia dan persatuan dalam menyambut datangnya bulan penuh rahmat.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Menhan RI Prabowo Subianto Akui Dirinya Berdosa Tak Pernah Nengok Sosok Ini

Lantas, apa saja tradisi unik lain dari berbagai penjuru dunia dalam menyambut bulan suci Ramadhan? Dikutip mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, berikut ini tradisi-tradisi unik menjelang bulan suci Ramadhan:

1. Tradisi Padusan di Jawa, Indonesia

Hampir di seluruh wilayah di Indonesia, umat Islam melakukan berbagai ritual untuk 'membersihkan' diri mereka sendiri pada hari sebelum Ramadhan.

Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi penyucian diri yang disebut padusan (artinya 'mandi' dalam dialek Jawa), di mana Muslim Jawa menceburkan diri ke mata air, membasahi tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Padusan merupakan bukti hubungan yang kuat antara agama dan budaya di Indonesia. Mata air memiliki makna spiritual yang dalam pada budaya Jawa, dan merupakan bagian integral dari pemurnian selama bulan suci.

Baca Juga: Kabar Gembira, Besok 12 April 2021 Pembuatan dan Perpanjangan SIM Bisa Melalui HP, Simak Langkah-langkahnya

Tradisi ini diyakini disebarkan oleh Wali Songo, dan bertahun-tahun yang lalu, para tokoh adat dan pemimpin agama setempat biasanya memilih dan menetapkan mata air suci untuk tradisi padusan.

Akan tetapi saat ini, banyak yang hanya pergi ke danau dan kolam renang terdekat, atau membersihkan diri di rumah mereka sendiri.

2. Tradisi Midfa Al Iftar, Meledakkan Meriam saat Waktu Berbuka di Lebanon

Di banyak negara di Timur Tengah, meriam diledakkan setiap hari selama bulan Ramadhan untuk menandai waktu berbuka berpuasa.

Tradisi yang dikenal dengan nama midfa al iftar itu disebut-sebut dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu, ketika negara itu dipimpin oleh penguasa Ottoman, Khosh Qadam.

Baca Juga: HNW Pertanyakan Penembak Guru Hanya Disebut KKB, Mungkin Saja Mereka Teroris Separatis

Saat itu, Qadam tengah menguji meriam baru saat matahari terbenam, dan secara tidak sengaja menembakkannya. Suara meriam yang yang bergema di seluruh Kairo membuat masyarakat menduga bahwa ini adalah cara baru untuk menandai waktu berbuka puasa.

Meski berawal dari ketidaksengajaan, banyak yang berterima kasih atas inovasi tersebut. Putri Qadam, Haja Fatma mendorong ayahnya agar menyalakan meriam dijadikan tradisi di bulan Ramadhan.

Tradisi ini kemudian menyebar ke banyak negara Timur Tengah, salah satunya Lebanon, dimana meriam digunakan oleh pemerintah Ottoman untuk menandai waktu buka puasa di seluruh negeri.

Tradisi tersebut sempat terhenti hilang pada tahun 1983, setelah invasi yang menyebabkan penyitaan meriam yang kemudian dianggap sebagai senjata.

Baca Juga: Kabar Gembira, Bagi Pelaku Usaha Mikro Bantuan BPUM akan Kembali Cair, Intip Besaran Bantuannya

Tapi tradisi itu dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon usai perang dan berlanjut bahkan hingga hari ini, membangkitkan nostalgia di antara generasi yang lebih tua yang dapat mengingat Ramadhan di masa kecil mereka.

3. Tradisi Haq Al Laila, Memberi Anak-Anak Permen di Uni Emirat Arab

Seringkali disamakan dengan tradisi trick-or-treat di negara-negara Barat, tradisi haq al laila berlangsung pada tanggal 15 Sya’ban, beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Pada hari itu, anak-anak akan berkeliaran di sekitar lingkungan mereka dengan mengenakan pakaian cerah, mengumpulkan permen dan kacang dalam tas jinjing yang dikenal sebagai kharyta, sambil-sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional.

Biasanya, anak-anak tersebut akan menyanyikan nyanyian Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang artinya 'Berikan kepada kami, dan Allah akan berikan pahala, dan membantu mengunjungi Rumah Allah di Mekah', bergema di jalan-jalan saat anak-anak dengan penuh keceriaan mengumpulkan hadiah.

Baca Juga: Bambang Widjojanto Disebut Pimpin KPK ala Anies Baswedan, Ferdinand: Tirai Gelap Tutupi Jejak Korupsi

Meski masyarakat Uni Emirat Arab saat ini sering dianggap lebih terisolasi dan individualistis, tetapi perayaan ini menawarkan kembali ke masa yang lebih sederhana dan menyoroti pentingnya ikatan sosial yang kuat dan nilai-nilai kekeluargaan.

4. Tradisi Menabuh Genderang Sahur di Turki

Sejak zaman Kekaisaran Ottoman, mereka yang berpuasa selama Ramadhan terbangun karena suara tabuhan genderang di dini hari menjelang waktu sahur.

Menjelang waktu sahur, lebih dari 2.000 penabuh genderang berkeliaran di jalan-jalan Turki, menyatukan komunitas lokal selama bulan suci Ramadhan.

Para penabuh genderang tersebut akan berkeliling mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez dan rompi yang keduanya dihiasi dengan motif tradisional.

Baca Juga: Kecurigaan Rachland Nashidik atas Isu Radikal Usai Pembatalan Kajian Ramadhan dan Pencopotan Pejabat

Saat mereka berkeliling dengan davul (drum berkepala dua Turki), para penabuh genderang tersebut  mengandalkan kemurahan hati penduduk untuk memberi mereka uang tip (bahşiş) atau bahkan mengundang mereka untuk makan sahur bersama.

Uang Bahşiş itu biasanya dikumpulkan dua kali di bulan Ramadhan, dengan banyak yang percaya jika mereka akan menerima keberuntungan sebagai imbalan atas kebaikan mereka.

Baru-baru ini, pemerintahan Turki telah memperkenalkan kartu keanggotaan untuk para penabuh genderang untuk menanamkan rasa bangga pada mereka yang bermain, serta untuk mendorong generasi muda untuk menjaga tradisi kuno ini tetap hidup di negara yang berubah dengan cepat.

5. Tradisi Lentera Fanoos di Mesir

Setiap tahun, masyarakat Mesir menyambut Ramadhan dengan fanoos, yaitu lentera warna-warni yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci.

eskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada religius, tradisi ini menjadi sangat terkait dengan bulan suci Ramadhan, mengambil makna spiritual.

Baca Juga: Info Cuaca Besok Minggu 11 April 2021, BMKG: 10 Wilayah ini akan Kena Serbu Hujan dan Angin Kencang

Halaman:

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah