MANTRA SUKABUMI - Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 menyisakan duka terdalam bagi masyarakat Indonesia.
Pasalnya seluruh prajurit yang ikut dalam penyelaman KRI Nanggala 402 dinyatakan gugur, dan jasadnya belum bisa ditemukan.
Beberapa hari setelah KRI Nanggala 402 berstatus 'On Eternal Patrol', TNI Angkatan Laut (AL) mengungkapkan jika tenggelamnya kapal selam disebabkan oleh faktor alam.
Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT
Baca Juga: Tanggapi Munarman Ditangkap Densus 88, Fahri Hamzah: Jangan Anggap Semua Musuh Negara
Hal ini disampaikan langsung oleh Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksda Muhammad Ali, saat Konferensi Pers pada Selasa, 27 April 2021
Ia ikut hadir saat mendampingi Wakasal Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono di Gedung Utama R.E. Martadinata Mabesal, Cilangkap Jaktim.
Konferensi Pers ini digelar dalam upaya meluruskan pemberitaan terkait KRI Nanggala 402 oleh beberapa media dan pengamat, yang menimbulkan kesimpangsiuran.
Asrena Kasal menjelaskan bahwa pada saat kapal selam menyelam, yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut.
Ia menjelaskan faktor arus bawah laut ini berbeda tergantung pada kondisi perairannya.
Baca Juga: Kabar Gembira, Menhan Prabowo Subianto akan Beli 3 Kapal Selam Pengganti KRI Nanggala 402
Sehingga, awak kapal selam sebelum beroperasi mereka melihat panduan untuk menyampaikan kondisi daerah tersebut seperti faktor oseanografi maupun hidrografi.
Muhammad Ali menjelaskan, faktor alam ini juga ada yang dinamakan internal solitary wave.
Berdasarkan informasi dari beberapa pakar dan ahli oseanografi, lanjut dia, itu terdapat arus bawah laut yang cukup kuat yang bisa menarik secara vertikal.
"Jadi jatuhnya kapal ke bawah lebih cepat dari umumnya dan ini yang harus diwaspadai," jelasnya dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan Instagram @tni_angkatan_laut pada 27 April 2021.
Pada Konferensi Pers itu, Danseskoal Laksamana Muda TNI Dr. Iwan Isnurwanto ikut hadir, dan juga memberikan penjelasannya.
Baca Juga: Kabar Gembira, Menhan Prabowo Subianto akan Beli 3 Kapal Selam Pengganti KRI Nanggala 402
Iwan Isnurwanto menjelaskan, pada saat tanggal penyelaman yakni 21 April 2021, satelit Himawari-8 milik Jepang internal wave yang terjadi di perairan Bali.
Internal wave yang juga dideteksi Satelit Sentinel milik Eropa ini bergerak dari bawah menuju utara.
"Kalau kita terkena Internal Wave, maka itu adalah kehendak alam tentunya para prajurit tidak bisa melakukan peran kedaruratan walaupun mereka sudah siap berada di pos tempurnya masing-masing," ujarnya.***