Sejarah Lahir Palang Merah Indonesia yang Jadi Perdebatan Dunia, Kontorversial Lambang PMI

- 8 Mei 2021, 09:10 WIB
Sejarah Palang Merah Indonesia yang jadi perdebatan dunia
Sejarah Palang Merah Indonesia yang jadi perdebatan dunia /Foto : PMI DIY/

MANTRA SUKABUMI - Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.

Palang Merah Indonesia (PMI) tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Namun lambang PMI menjadi perdebatan dunia.

Palang Merah Indonesia (PMI) dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H dalam 10 Bahasa Daerah

Untuk lebih jelasnya lagi, simak sejarah hari Palang Merah Indonesia di bawah ini.

Dilansir mantrasukabumi.com dari pmimedan.or.id pada Sabtu 8 Mei 2021, berikut ini sejarah hari Palang Merah di Indonesia.
 
Sejarah Palang Merah Indonesia (PMI)

Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II.

Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

Baca Juga: 21 Pantun Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2021 Paling Pas untuk di Status Medsos

Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan.

Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia.

Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah.

Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat.

Baca Juga: Imam Masjid Dipukul Pria Tak Dikenal saat Sedang Shalat Berjamaah, Pelaku Diamuk Massa

Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan.

Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.

Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana, dr Marzuki, dr. Sitanala (anggota).

Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.

Baca Juga: 21 Pantun Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2021 Paling Pas untuk di Status Medsos

Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950.

Selanjutnya dijadikan anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963.

Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

Lambang Palang Merah (Red Cross) untuk Indonesia yang Kontroversial

Sebuah lambang tentu saja sangat penting bagi sebuah organisasi. Sebab, sebuah lambang mewakili visi dan aspirasi dari organisasi tertentu.

Penggunaan lambang Palang Merah sendiri memiliki sejarah yang menarik karena lambang ini diatur dalam Perjanjian Internasional, Konvensi Genewa pada 1949.

Baca Juga: Tidak Ribet, Cukup Masukan NIK KTP di eform.bri.co.id untuk Cek Daftar Penerima BPUM UMKM

Ketika itu, lambang ini diperuntukkan bagi mereka relawan yang memberikan perlindungan bagi anggota militer yang terluka dan sakit.

Namun pada 1863, negara yang ikut dalam Konvensi Genewa menilai perlu ada lambang khusus untuk menjaga kenetralan dan jaminan perlindungan mereka yang ada di medan perang.

Karena mau menghormati Swiss sebagai tuan rumah, akhirnya semua negara sepakat menggunakan warna putih yang diambil dari warna kebalikan bendera Swiss sebagai dasar lambang Palang Merah.

Namun di tahun 1876, saat Perang Balkan, Kerajaan Ottoman, Turki mengajukan lambang lain lain untuk kesatuan medis tentara kerajaan, berupa bulan sabit merah diatas dasar putih.

Baca Juga: Enzy Storia Ngamuk, Fotonya Dijadikan Fantasi Seks, Ancam Pelaku Ketemu di Kepolisian

Permintaan dikabulkan dan Turki mengubah lambang tanda pengenal dan pelindung bagi kesatuan medis militernya.

Ternyata isu keagamaan sudah terjadi di era lampau. Pasalnya, kontroversi lambang Palang Merah dan Bulan Sabit terus diprovokasi dan menjadi perdebatan banyak negara.

Banyak yang menilai, kedua lambang ini merupakan simbol Kristen dan Islam. Padahal, lambang ini tidak ada kaitannya dengan agama.

Hingga akhirnya di era modern, tepatnya di tahun 2005, muncul lambang Kristal merah yang memiliki status dan fungsi yang sama dengan dengan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Halaman:

Editor: Fauzan Evan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x