Sejarah Hari Kebangkitan Nasional dan Tiga Serangkai yang Berperan dalam Harkitnas

- 19 Mei 2021, 19:30 WIB
Hari Kebangkitan Nasional 2021.
Hari Kebangkitan Nasional 2021. /twibbonize.com

MANTRA SUKABUMI - Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei, tahun ini Harkitnas jatuh pada Kamis 20 Mei 2021.

Untuk mengenang jasa para pahlawan yang berperan dalam Sejarah Hari Kebangkitan Nasional, mari mengenal kembali sosok Tiga Serangkai yang berperan dalam Harkitnas. 

Simak Sejarah Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei, berikut dengan Tiga Serangkai yang berperan dalam Harkitnas. 

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Jet Tempur Israel Tabrak Kantor Bulan Sabit Merah, Demokrat: Bukan Manusia, Lebih Biadab dari Binatang Buas

Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber pada Rabu 19 Mei 2021, berikut ini Sejarah Hari Kebangkitan Nasional dan Tiga Serangkai yang berperan dalam Harkitnas.

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Latar belakang hari Kebangkitan Nasional adalah bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan, kesatuan dan kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei diambil dari tanggal lahirnya organisasi Budi Utomo.

Berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh Dr Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) menandai kebangkitan nasional Indonesia.

Sejak 1908 itulah, sejarah Indonesia memasuki babak baru, yaitu masa pergerakan nasional.

Pergerakan nasional adalah masa bangkitnya rasa semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca Juga: Pekerja Bergaji Dibawah 5 Juta Masih Ada Kesempatan Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp1,2 Juta

Dr Sutomo dan kawan-kawan ingin mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi dan budaya.

Keinginan ini berkaitan dengan gagasan dr Wahidin Sudirohusodo yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia.

Gagasan itu muncul melihat kondisi bangsa Indonesia pada saat itu memprihatinkan akibat sistem kolonialisme Belanda.

Pendidikan rakyat Indonesia, terutama kaum pribumi, rendah dan tidak mendapat informasi atau tertutup dari dunia luar.

Dr Sutomo beserta para pelajar STOVIA mendirikan perhimpunan Budi Utomo untuk mengejar ketertinggalan bangsa dari bangsa-bangsa lain. 

Baca Juga: Stop Konsumsi Seblak Pedas Berlebihan Sebelum Anda Menyesal! Karena Bahayanya Dapat Timbulkan Kanker Lambung

Tokoh Kebangkitan Nasional yang terkenal disebut Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker, dr Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantoro (Suwardi Suryoningrat). 

Gagasan pembentukan Budi Utomo muncul sekitar setahun sebelum organisasi itu terbentuk.

Wahidin Sudirohusodo, dokter lulusan Sekolah Dokter Jawa, berperan penting dalam proses berdirinya Budi Utomo.

Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang tidak mampu mendapatkan pendidikan formal atau melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dr Wahidin merasa prihatin.

Setelah mendapat dana dari para bangsawan Jawa dan belanda, ia membentuk Studiefonds (pengelolaan beasiswa) lalu mencanangkannya dengan berkeliling Jawa hingga singgah di STOVIA.

Baca Juga: Novel Baswedan Ungkap Korupsi Bansos 100 Triliun, Anggota DPD RI Fachrul Razi Sampaikan ini

Di hadapan para pelajar STOVIA, dr Wahidin memberikan pesan mengenai pentingnya pendidikan sebagai sarana membebaskan diri dari keterbelakangan.

Dari sini, Sutomo dan Suraji bertemu dr Wahidin, membahas pentingnya organisasi demi mewujudkan cita-cita itu.

Pada 20 Mei 1908 di ruang Kelas Astronomi STOVIA, terjadi pertemuan yang menghasilkan terbentuknya organisasi Budi Utomo. 

Dengan Ketua Sutomo, Wakil Ketua M Sulaiman, Sekretaris I Suwarno, Sekretaris II Gunawan Mangunkusumo dan Bendahara Angka.

Lahirnya Budi Utomo menandai terjadinya perubahan bentuk perjuangan dalam mengusir penjajah, menjadi perjuangan dengan kekuatan pemikiran dan bersifat nasional.

Perjuangan yang selama ini bersifat kedaerahan berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai Indonesia merdeka.

Baca Juga: Kepada Boy William, Lucinta Luna Akui Pernah Punya ‘Burung’

Perjuangan yang selama ini secara fisik, juga dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan pemikiran. 

Budi Utomo memelopori munculnya organisasi-organisasi pergerakan pada masa selanjutnya. Antara lain Sarekat Dagang Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia dan Muhammadiyah.

Tiga Serangkai yang Berperan dalam Harkitnas 

Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) merupakan bangkitnya semangat Nasionalisme, persatuan, kesatuan, juga kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Harkitnas lahir tanggal 20 Mei 1908 yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

Tokoh Kebangkitan Nasional atau dikenal dengan Tiga Serangkai adalah dr. Tjipto Mangunkusumo, dr. Douwes Dekker dan Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara).  

Ketiga tokoh tersebut yang melahirkan organisasi Boedi Oetomo atau peringatan Harkitnas. 

Baca Juga: Yuni Shara Unggah Foto Bersama Wimar Witoelar: Rest In Peace

1. Pemikiran Tjipto Mangoenkoesoemo 

Secara umum, pandangan Tjipto Mangoenkoesoemo mengenai persatuan Indonesia masih selaras dengan pemikiran Douwes Dekker. 

Tjipto menganggap bahwa persatuan antara kaum pribumi dengan Belanda adalah suatu hal yang membawa kemajuan. 

Tjipto juga beranggapan penggabungan unsur-unsur Barat dan Timur sebagai faktor penting dalam menjamin pertumbuhan subur bagi negara dan rakyat, termasuk bagi kaum bumiputera di Hindia atau Indonesia.

Selain dikenal sebagai aktivis pergerakan nasional dan jurnalis, Tjipto Mangoenkoesoemo juga berprofesi sebagai seorang dokter. Namanya kini diabadikan sebagai nama rumah sakit besar di Jakarta.

2. Pemikiran Douwes Dekker  

Menurutnya, gagasan bangsa Indonesia bukan kesatuan yang dibangun atas solidaritas etnis atau ras, keagamaan, atau kedekatan geografis, tetapi karena rasa kesamaan pengalaman dan solidaritas khusus. 

Pandangan politik Douwes Dekker juga dipengaruhi oleh prinsipnya yang lebih mengutamakan propaganda politik daripada ideologi politik. 

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Selamat Harkitnas, Link Download Twibbon dan Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2021

Ini mendapat kritik dari Sneevliet (tokoh komunis asal Belanda di Indonesia) yang mengatakan bahwa Dekker membuat gerakan politik tanpa teori, atau teorinya bersifat samar.

3. Pemikiran Soewardi Soerjaningrat 

Soewardi Soerjaningrat merupakan pangeran dari Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Walaupun keturunan bangsawan, ia tidak terlalu menikmati kehidupan di istana.

Siring berdirinya Taman Siswa pada 1922, Soewardi dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. 

Bagi Soewardi Soerjaningrat, tujuan nasionalisme adalah menghapuskan dominasi kolonial dan menyadarkan kaum peranakan, indo, dan bumiputera harus bersatu menghadapi musuh yang sama, yaitu pemerintah kolonial. 

Soewardi Soerjaningrat pada masa muda adalah sosok yang keras dan berani mengkritik kebijakan kolonial. Ia pun harus menjalani pengasingan serta berkali-kali masuk penjara sebelum memutuskan berjuang melalui kancah.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah