Kisah Kedekatan Gus Dur dengan Warga Papua, Diceritakan oleh Yenny Wahid

- 3 Juni 2021, 21:57 WIB
Kisah Kedekatan Gus Dur dengan Warga Papua, Diceritakan oleh Yenny Wahid
Kisah Kedekatan Gus Dur dengan Warga Papua, Diceritakan oleh Yenny Wahid /NU Online

MANTRA SUKABUMI - Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur semasa hidupnya dikenal sebagai tokoh humanis.

Gus Dur semasa hidupnya banyak memberi teladan bagi keutuhan persatuan bangsa.

Cerita teladan kedekatan Gus Dur dengan warga Papua sudah banyak di dengar dan diketahui khalayak ramai.

Baca Juga: Klaim Sekarang! Kode Redeem FF 'Free Fire' Hari Ini 4 Juni 2021 Terbaru, Segera Tukar Disini

salah satunya ketika Gus Dur mengembalikan nama Papua yang semula dinamakan Irian Jaya.  

Putri Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid mengisahkan kedekatan Gus Dur semasa hidupnya dengan masyarakat Papua.

Gus Dur saat itu terus berusaha memanusiakan serta mengangkat harkat dan martabat orang warga di sana.

Karena memang ada kedekatan emosional, kedekatan pribadi yang kami rasakan dengan tokoh-tokoh Papua maupun masyarakat Papua.

"Sehingga bagi Gus Dur, orang-orang Papua adalah orang-orang yang dekat di hatinya,” kata Yenny Wahid sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari akun resmi nu.or.id pada 3 Juni 2021.

Hal itu disampaikan Yenny Wahid dalam Dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua.

Ia pun berpesan teladan kedekatan Gus Dur dengan warga Papua harus terus dijaga, dipelihara bersama sebagai semangat persatuan Indonesia.

Baca Juga: Saksikan Timnas Indonesia VS Thailand Kualifikasi Piala Dunia 2021 Melalui Streaming SCTV

Sebab, kewajiban penting warga negara adalah persoalan kemanusiaan yang ditekadkan bersama melalui nilai-nilai dalam Pancasila.  

 "Maka dimanapun mereka berada, mereka adalah bagian dari NKRI. Siapapun itu harus diperlakukan dengan perikemanusiaan," Yenny menegaskan.  
 
Yenny mengungkapkan hasil penelitian Liu Institute yang menjelaskan terdapat tiga kategorisasi kekerasan yang terjadi di Papua.

 yaitu, kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan negara, kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), dan ketiga kekerasan yang dilakukan oleh sesama warga Papua yang terlibat konflik antar-suku.
 
Yang menarik dari kajian tersebut bahwa kekerasan yang banyak terjadi disebabkan oleh kelompok-kelompok yang pro-kemerdekaan.
 
Tentunya semua rangkaian kekerasan semacam itu perlu diputus/dihentikan dan yang bisa menghentikan semua ini adalah seluruh rakyat Indonesia," terang Direktur Wahid Foundation ini.  

Sementara Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen Pol Paulus Waterpauw dalam sambutannya mengatakan persoalan Papua kini menjadi buah bibir dan buah pikir pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga lintas generasi.  

 "Sebagai generasi yang mengisi kemerdekaan, merupakan tugas kita untuk berdiskusi, membahas, dan mengkaji bagian-bagian yang menjadi konsep bangsa, dibutuhkan dialog yang dilakukan berkali-kali agar mencapai suatu kesepakatan bersama," tegasnya.  

Baca Juga: Tanggapi Batalnya Jemaah Berangkat Haji, Syahrial Nasution: Batal atau Ditolak
 
Hadir juga dalam acara ini Ketua Umum Forum Senior dan Milenial (Forsemi), Freddy Numberi.

Ia berharap di usia 76 kelahiran Pancasila bisa terus menjadi falsafah bangsa Indonesia yang bernilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Sehingga terus tumbuh dan tidak terkikis oleh ideologi-ideologi baru yang berusaha mengikis semangat Pancasila.  
 
"Dengan demikian, momentum hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2021 menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi negara dalam mewaspadai perbedaan pandangan dan perbedaan nilai-nilai ideologi transnasional di era digitalisasi dewasa ini," tandas Freddy.***

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah