BEM UI Dipanggil Rektorat, Rektor Universitas Ini Justru Mengaku Prihatin: Saya Doakan Tetap Kritis

- 27 Juni 2021, 20:22 WIB
Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar.
Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar. /Twitter @musniumar

MANTRA SUKABUMI - Pemanggilan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) oleh Rektorat menuai reaksi berbagai kalangan.

Salah satunya disuarakan oleh Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Musni Umar yang mengaku prihatin dengan pemanggilan itu.

Musni Umar mendoakan para mahasiswa yang merupakan BEM UI tersebut agar tetap kritis menyuarakan keadilan dan kebenaran.

Baca Juga: Budi Djarot Meninggal Dunia, Jubir Presiden Jokowi: Semoga Husnul Khatimah

Baca Juga: Rektorat Panggil BEM UI Karena Kritik Jokowi, Tokoh NU Ini Angkat Bicara: Harusnya Santai Saja

"Prihatin BEM UI dipanggil Direktur Kemahasiswaan UI," tulis Musni Umar di akun Twitter pribadinya.

"Saya doakan adik2 BEM UI tetap kritis menyuarakan keadilan dan kebenaran," lanjutnya.

Sebelumnya, tokoh Nahdhatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir juga mengatakan seharusnya pejabat yang dikritik mahasiswa santai saja sebab mereka pun dahulu pernah menjadi mantan aktivis mahasiswa.

Bahkan Gus Nadir mengatakan jika mahasiswa sejak dulu siapapun pemerintahnya pasti melakukan kritik.

"Mantan aktivis mahasiswa yg sudah jadi pejabat seharusnya santai saja kalau mahasiswa sekarang mengkritik pemerintah. Lha dari dulu siapapun pemerintahannya, mahasiswa itu ya belajar mengkritik," tulis Gus Nadir di akun Twitter pribadinya.

"Entar udah jadi pejabat gantian dikritik. Siklusnya gitu," sindirnya.

Baca Juga: Kritik Presiden Jokowi dengan Poster, BEM UI Akhirnya Dipanggil Rektorat, Dukungan Mengalir

Menurut Gus Nadir, kritik merupakan hal yang wajar bagi mahasiswa. Karena itu, jika ada pemimpin anti kritik termasuk pemimpin otoriter.

Gus Nadir melanjutkan termasuk pemimpin otoriter jika kritikan dianggap sebagai penghinaan.

"Pemimpin yg otoriter akan menganggap semua kritikan sebagai penghinaan," tulis Gus Nadir di akun Twitter pribadinya dikutip mantrasukabumi.com pada Minggu, 27 Juni 2021.

Karena itu lanjut Gus Nadir, pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang memahami jika dikritik.

Termasuk lanjut Gus Nadir, jika kritikan tersebut di ekspresikan dengan kartun, jargon, dan satir.

Dirinya melanjutkan kritikan yang diekspresikan melalui alat peraga tersebut termasuk sah.

"Sebaliknya, pemimpin yg demokratis akan memahami kritikan bisa diekspresikan lewat kartun, jargon dan satir. Semuanya sah," lanjutnya.

Baca Juga: Ramai Mahasiswa Kritik Jokowi, Tokoh NU Gus Nadir: Pemimpin Otoriter Akan Sebut Penghinaan

Gus Nadir lantas menyindir jika Buzzer tidak akan memahami kajian tingkat tersebut.

"Tapi ya buzzer mana paham kajian tingkat tinggi begini. Tahunya cuma main tagar," sindirnya.

Seperti diberitakan, akun Twitter BEM UI mengunggah poster yang bergambar Presiden Jokowi.

Dalam poster tersebut, BEM UI memberi predikat kepada Jokowi The King of Lip Service.

Menurutnya, Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras.

"Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," tulisnya.

Baca Juga: Ferdinand Minta Ketua BEM UI Dipecat, Politisi Partai Ummat: Pernah Jadi Pengurus Bang? Jangan Tersinggung Ya

Mereka beranggapan jika semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk "lip service" semata.

Karena itu pihaknya meminta untuk berhenti membual sebab rakyat sudah mual.***

Editor: Andriana

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah