Rektor Musni Umar Pertanyakan Indikator Kematian PPKM Ditiadakan

- 11 Agustus 2021, 11:55 WIB
Rektor Musni Umar Pertanyakan Indikator Kematian PPKM Ditiadakan
Rektor Musni Umar Pertanyakan Indikator Kematian PPKM Ditiadakan /Twitter/@musniumar/

MANTRA SUKABUMI - Rektor Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar mempertanyakan indikator kematian selama PPKM.

Menurut Musni Umar bahwa peniadaan indikator kematian PPKM patut dipertanyakan.

Musni Umar mengungkapkan karena tingkat kesuksesan atau gagal selama PPKM terletaknya pada indikator tingkat kematian.

Baca Juga: Sea Group, Shopee dan Garena Sumbangkan 1.000 Tabung Oksigen dan 1 Juta Vaksin untuk Kemenkes

"Jika benar indikator kematian dalam PPKM ditiadakan, patut diprotes," ujar Musni Umar seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun Twitternya @musniumar pada 11 Agustus 2021.

"Maksudnya apa? Mau sembunyikan  tingkat kematian? Indikator sukses atau gagal dalam PPKM, terletak pada tingkat kematian," tanya Rektor Musni.

Musni Umar mengatakan sukses tidaknya PPKM jika jumlah yang meninggal sedikit.

"Sukses PPKM kalau yang meninggal makin sedikit," ucap Musni Umar menambahkan.

Rektor Musni Umar Pertanyakan Indikator Kematian PPKM Ditiadakan
Rektor Musni Umar Pertanyakan Indikator Kematian PPKM Ditiadakan twitter.com/musniumar

Sebelumnya pemerintah telah memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2-4 di Jawa-Bali, 10-16 Agustus 2021.

Kemudian dalam menetapkan wilayah PPKM Level 2-4 yang berlaku sepekan ke depan, pemerintah tak lagi menggunakan indikator angka kematian pasien Covid-19.

Evaluasi tersebut kami lakukan dengan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Baca Juga: Singkatan PPKM Level 4 ala Maria Vania Sambil Pamer Body Goals Bikin Netizen Keringatan

Hal tersebut diungkapkannya dalam konferensi pers pada Senin 9 Agustus 2021 lalu.

Menurut Luhut Binsar Panjaitan langkah tersebut diambil karena berdasar hasil evaluasi PPKM sebelumnya ditemukan input akumulasi data kematian selama beberapa pekan ke belakang.

Hal itu menyebabkan data terdistorsi sehingga mempengaruhi penilaian tingkat kematian pasien Covid-19 di suatu daerah.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x