Bung Karno tentu saja menawarkan fasilitas negara, termasuk pesawat khusus, karena status Hatta sebagai wakil presiden.
Namun Hatta menolak. Uangnya dari mana? Sebagian dari honorarium menulis buku. Mengapa ia menolak? Sebab baginya soal ibadah adalah perkara personal antara manusia dengan Tuhan-nya.
Dan ia ingin menjadi tamu Allah di Mekkah sebagai pribadi, sebagai Hatta, bukan sebagai wakil presiden.
Kendati kesulitan ekonomi pasca pensiun, namun Hatta menolak menerima berbagai jabatan bergengsi dengan gaji signifikan. Alasannya: ia tak mau mengalami conflict of interest.
Pada 1960an, Bung Hatta mengalami sakit yang cukup serius. Kendati secara politik Bung Hatta adalah pengkritiknya yang paling tajam, namun Bung Karno tetap memperhatikan kesehatan koleganya itu.
Ia mendesak Hatta agar mau berobat ke luar negeri dengan fasilitas negara. Akhirnya Bung Hatta bersedia berobat ke Swedia dengan tanggungan negara.
Baca Juga: Amalan yang Dibaca Mbah Moen Setelah Shalat Magrib dan Subuh Agar Diangkat Derajatnya
Sepulangnya dari Eropa, Bung Hatta mengembalikan uang pengobatan dari negara yang masih tersisa.
Mengapa kita patut membicarakan lagi Bung Hatta? karena politik Indonesia kian jauh dari hidup yang sederhana.
Uang jadi prasyarat memenangkan pertarungan, politik berbiaya tinggi yang pelan-pelan menghancurkan.