Profil Letjen Anumerta R. Suprapto, Pahlawan Revolusi yang Tewas Dibunuh PKI

- 19 September 2021, 17:20 WIB
Profil Letjen Anumerta R. Suprapto, Pahlawan Revolusi Yang Tewas Dibunuh PKI ./
Profil Letjen Anumerta R. Suprapto, Pahlawan Revolusi Yang Tewas Dibunuh PKI ./ /tangkapan layar youtube/@ IKLAN TV



MANTRA SUKABUMI - Letjen Anumerta R. Suprapto adalah seorang pahlawan revolusi.

Letjen Anumerta R. Suprapto merupakan salah satu korban pembunuhan dalam G30S/PKI.

Letjen Anumerta R. Suprapto kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca Juga: Profil Jackie Chan, Brand Ambasador Shopee 9.9 Super Shopping Day, Lengkap, Usia, Agama dan Akun IG

Berikut profil Letjen R. Suprapto, dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

Letjen R. Soeprapto Lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto, Jawa Tengah.

Suprapto Dinas/cabang: TNI Angkatan Darat.

Nama Anak Suprapto adalah, Ratna Purwati, Sri Lestari, Pudjadi Setiadharma, Asung Pambudi B, lainnya.

Sementara nama Orang tua Suprapto adalah, ayah R. Pusposupeno dan ibu R.A. Alimah.

Pangkat terakhir Soeprapto adalah Mayor Jenderal TNI, tetapi karena gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Letjen. TNI (Anumerta).

Suprapto ini boleh dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman. Usianya hanya terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar.

Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun 1941.

Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung.

Pendidikan ini tidak bisa diselesaikannya sampai tamat karena Pasukan Jepang sudah keburu mendarat di Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan, tetapi kemudian ia berhasil melarikan diri.

Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Dan setelah itu, ia bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap.

Baca Juga: Profil Dedi Mulyadi, Tolong Kakek Tunanetra yang Duduk di Tengah Jalan Karena Menahan Rasa Lapar

 Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris.

 Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut.

Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia sering berpindah tugas. Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang.

Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan.

Setelah pemberontakan PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputi (Wakil) Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra yang bermarkas di Medan.

Selama di Medan tugasnya sangat berat sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.

 Soeprapto ketika itu dijemput dari kediamannya oleh pasukan Cakrabirawa dengan alasan dipanggil Presiden Sukarno.

Namun saat itu tidak ada anggota keluarga lain yang tahu karena sudah terlelap tidur.

Menurut pengakuan Ratna Purwati, tidak ada pengawal yang menjaga rumah mereka pada malam tanggal 30 September 1965 itu.

Baca Juga: Profil Mayjen Anumerta DI Panjaitan, Pahlawan yang Tewas Dibunuh oleh Gerombolan PKI

Saat Umar Wirahadikusumah menjadi Panglima Kodam Jaya waktu itu) datang ke rumah kediaman Suprapto dan mengabarkan bahwa Soeprapto diculik gerombolan PKI.

Tanggal 3 Oktober 1965 dini hari, raganya yang sudah tidak bernyawa ditemukan bersama mayat sejumlah petinggi Angkatan Darat lainnya, di dasar sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.***

Editor: Dea Pitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x